Rusia menerapkan metode sensor baru dalam upayanya membungkam Twitter. Alih-alih langsung memblokir, negara tersebut menggunakan cara halus dengan melambatkan aksesnya.
Berdasarkan riset Censored Planet, platform pengukuran sensor yang mengumpulkan data di lebih dari 200 negara, Rusia diam-diam melambatkan lalu lintas data Twitter ke penggunanya di Rusia hingga 128kbps saja.
Berbeda dengan teknik sensor internet Rusia di masa lalu yang biasanya melakukan pemblokiran langsung, memperlambat akses adalah hal baru yang dilakukan Rusia dan menguntungkan pihak yang menyensor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berlawanan dengan pemblokiran yang mencegah akses ke konten, pembatasan akses bertujuan untuk menurunkan kualitas layanan, sehingga hampir tidak mungkin bagi pengguna untuk membedakan pembatasan yang disengaja dengan alasan seperti beban server yang tinggi atau jaringan macet," kata para peneliti Censored Planet dikutip dari Ars Technica, Sabtu (10/4/2021).
"Dengan prevalensi teknologi 'penggunaan ganda' seperti perangkat Deep Packet Inspection (DPI), pembatasan sangat mudah diterapkan oleh pihak berwenang, namun sulit bagi pengguna untuk mengatribusikannya atau mengelak," sambungnya.
Pembatasan ini dimulai sejak 10 Maret, seperti yang disebutkan dalam tweet Doug Madory direktur analisis internet di firma pengukuran akses internet Kentik.
Dalam upaya memperlambat lalu lintas yang ditujukan ke atau berasal dari Twitter, Madory menemukan, regulator Rusia menargetkan t.co, domain yang digunakan untuk menghosting semua konten yang dibagikan di situs. Dalam prosesnya, semua domain yang memiliki string * t.co * di dalamnya (misalnya, Microsoft.com atau reddit.com) juga akan dibatasi.
Langkah itu menyebabkan masalah internet meluas karena membuat domain yang terdampak menjadi tidak dapat digunakan secara efektif. Pelambatan juga menghabiskan memori dan sumber daya CPU dari server yang terpengaruh karena mengharuskan mereka untuk mempertahankan koneksi lebih lama dari biasanya.
Roskomnadzor, badan eksekutif Rusia yang mengatur komunikasi massa di negara itu, mengatakan bahwa mereka membatasi Twitter karena gagal menghapus konten yang melibatkan pornografi anak, obat-obatan, dan bunuh diri.
Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa perlambatan mempengaruhi pengiriman audio, video, dan grafik, tetapi tidak dengan Twitter itu sendiri. Di sisi lain, langkah ini dihujani kritikan. Banyak pihak menilai, menyensor dengan membatasi ketersediaan Twitter adalah langkah yang tidak tepat. Sementara itu, Twitter menolak mengomentari isu ini.
(rns/fay)