Vancouver -
Meng Wanzhou memang ditangkap, tapi ia bukanlah napi biasa. Chief Financial Officer
Huawei yang genap setahun ditangkap otoritas Kanada atas permintaan Amerika Serikat itu, berstatus tahanan rumah, namun tempat tinggalnya super mewah.
Selama 12 bulan ini, Meng bermukim di rumahnya senilai USD 13 juta di Kota Vancouver. Ia diawasi ketat dan harus memakai perangkat pelacak. Akan tetapi meski hanya bisa berdiam di rumah atau ke pengadilan saat kasusnya dibahas, Meng masih punya banyak kebebasan.
Ia dikunjungi secara rutin oleh anggota keluarganya, karyawan Huawei ataupun pengacaranya. Meng bisa menulis ataupun berkomunikasi dengan bebas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetap saja menjadi tersangka dan ditahan setahun membuatnya sempat cemas, kecewa dan juga merasa tak berdaya. Hal itu ia tulis dalam sebuah postingan di WeChat baru-baru ini, di mana Meng menuliskan pengalamannya.
Untuk menghabiskan waktu, Meng membaca buku atau melukis. "Saya dulu tak pernah memiliki kemewahan menghabiskan waktu dan menikmati sekeliling," tulis Meng, dikutip
detikINET dari BBC.
"Saya memiliki cukup waktu untuk membaca banyak buku. Saya bisa berdiskusi dengan kolega atau menyelesaikan lukisan minyak dengan hati-hati," lanjut dia.
"Selama setahun ini, saya juga belajar untuk menghadapi dan menerima situasi saya. Saya sudah tidak lagi khawatir soal hal-hal yang tak diketahui," tambahnya.
Meng juga mengaku terharu dengan kebaikan para warga Kanada, bahkan saat dia ditangkap, yang menurutnya adalah hari terburuk dalam hidupnya. Kebaikan yang diterimanya itu memberi Meng kekuatan.
"Saya tidak lagi merasa sangat jauh di rumah. Saya tidak lagi cemas terhadap jalan kesukaran di depan. Meski kebebasan pribadi saya terbatas, jiwa saya masih mencari kebebasan. Saya menemukan cahaya kehidupan di sekitar saya," tulis Meng lagi.
Meng menjalani proses pengadilan dengan kemungkinan diekstradisi ke Amerika Serikat. Ia menghadapi berbagai dakwaan termasuk penipuan bank, pencurian rahasia perdagangan dan melanggar sanksi AS lantaran mengizinkan Huawei berbisnis dengan Iran.
Pendiri Huawei yang juga sang ayah, Ren Zhengfei, menyatakan putrinya harus bangga atas kondisi tersebut.
Meng seolah menjadi wajah dalam perang dagang Amerika Serikat dengan China. "Dia harus bangga berada dalam situasi ini. Dalam pertarungan dua negara, dia menjadi sosok yang dijadikan pusat tawar menawar," begitu katanya.