Induk TikTok Mau Jual Divisi Game ke Pemilik PUBG Mobile
Hide Ads

Induk TikTok Mau Jual Divisi Game ke Pemilik PUBG Mobile

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 16 Jan 2024 06:42 WIB
FILE PHOTO: A new Bytedance sign is seen on the facade of its headquarters in Beijing, China August 8, 2018. REUTERS/Stringer/File Photo ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: Stringer/Reuters
Jakarta -

Induk TikTok ByteDance tengah menjajakan unit bisnis game mereka. Salah satu yang tertarik membeli adalah Tencent, pemilik banyak game terkenal termasuk PUBG Mobile.

Saat ini ByteDance sudah mencapai tahap negosiasi dengan Tencent, namun sejauh ini belum mencapai kata sepakat, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (16/1/2024).

ByteDance dan Tencent bernegosiasi penjualan yang melibatkan sejumlah game terkenal yang dipublikasikan oleh Nuverse, unit game milik ByteDance, misalnya Crystal of Atland dan Earth: Revival.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada November 2023, ByteDance mengakui akan merombak Nuverse dan mundur dari bisnis game karena mereka mau berfokus di bisnis inti mereka yang lain. Keputusan ini muncul lima tahun setelah merambah bisnis game, yang saat ini nilainya secara global mencapai USD 185 miliar.

Saat ini ByteDance sudah menyetop perilisan game baru dan berencana untuk mendivestifikasi game yang sudah diluncurkan. Sebelumnya mereka sudah mencari calon pembeli Moonton, perusahaan di balik game tenar Mobile Legends: Bang Bang, yang juga baru diakuisisi ByteDance pada 2021 lalu.

ADVERTISEMENT

Meski sempat bersaing ketat di bisnis game, hubungan antara ByteDance dan Tencent belakangan memang tengah menghangat setelah Tencent sering menggunakan jaringan iklan ByteDance untuk mempromosikan game terbaru mereka yang berjudul DreamStar.

Sebelumnya diberitakan, pada November lalu sudah ada beberapa beberapa perusahaan potensial yang mau membeli Moonton. Termasuk perusahaan yang berbasis di Arab Saudi.

Moonton Technology diakuisisi pada tahun 2021 senilai USD 4 miliar atau sekitar Rp 62,2 triliun. Tak lama setelah akuisisi tersebut, pemerintah China menetapkan berbagai aturan ketat untuk industri game, yang menyebabkan perkembangan bisnis game di China merosot.




(asj/rns)