Indonesia punya game keren untuk menyaingi kepopuleran Tekken. Kira-kira apa yang membedakannya dengan game garapan Bandai Namco dan Capcom ini?
Good Games Guild, melalui proyek inkubasi Good Games Labs, meluncurkan sebuah permainan baru bertajuk Battle of Guardians. Membawa konsep bermain PvP (player vs player), Co-Founder & COO Good Games Guild, Wilsen Tiomajaya, yakin seiring berjalannya waktu, game anyar ini dapat bersaing dengan judul-judul lama yang sudah besar terlebih dahulu.
Untuk bisa bersaing, Wilsen pun membeberkan perbedaan Battle of Guardians dengan permainan serupa layaknya Tekken. Menurutnya, unsur kompetitif, jenjang karir, dan NFT menjadi nilai lebih yang ditawarkan oleh Good Games Guilds dan Miracle Gates selaku pengembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tekken kan dari tahun 1994 dan 28 tahun usia gamenya. Otomatis sebagai market leader, mereka berpikir orang sudah tahu, dan cukup jualan game saja biasa, santai. Sedangkan kita sebuah game baru punya pendekatan berbeda. Kita free to play dan kompetitif," ungkap Wilsen dalam wawancara eksklusif dengan detikINET.
Jadi menurutnya, itu yang akan menggiring pemikiran pemain, di mana kalau bermain game Battle of Guardians tidak hanya dapat kesenangan saja, tetapi bisa kemungkinan menjadi pro player. Hal ini mengingat, bahwa game ini telah resmi menyambangi turnamen esports skala nasional, Piala Presiden Esports 2022.
Perbedaan mencolok lainnya pun juga hadir dari konsep NFT yang disisipkan pengembang. Game fighting ini mengadopsi gaming web 3.0 dan membawa unsur metaverse.
Pada konferensi pers pada beberapa hari lalu, Aditya Kinarang Mokoginta, CEO Battle of Guardians, mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin ketinggalan dalam memajukan esports dan mengembangkan industri Web 3.0.
"Fighting game punya komunitas yang kecil, tapi dari sisi kedalaman atau penetrasi di Indonesia, game fighting paling tua. Ekosistem Web 3.0 ada dalam perkembangan game kami, kolaborasi dengan NFT. Ke depan, akan banyak perusahaan game ke arah sini dan mengubah konsep ke sini. Ini berangkat dari pengalaman dan potensi market. Web 2.0 game sudah ketinggalan," kata Aditya.
(hps/fay)