Xepher, Anak Warnet yang Kini Mendunia Jadi Pro Player Asal Indonesia
Hide Ads

Xepher, Anak Warnet yang Kini Mendunia Jadi Pro Player Asal Indonesia

Panji Saputro - detikInet
Kamis, 10 Mar 2022 07:45 WIB
T1 Bungkam Allience di TI10 Dota 2, Xepher: Mama Aku di TI
Pro Player Esports RI yang mendunia Ini tadinya anak Warnet (Foto: Screenshoot Youtube Dota 2)
Jakarta -

Kenny Deo Alias Xepher, pemain profesional Dota 2 Tanah Air yang mendunia. Terkenal dengan celetukan 'Mamah aku di TI', siapa sangka dahulu dirinya merupakan penjelajah warnet.

"Waktu kecil aku bukan dari keluarga yang berada. tetapi aku sangat tertarik dengan game komputer. Aku pun menyimpan uang untuk bermain warnet 2 - 5 jam. Main dua jam pada saat SMP dan lima jam pada saat SMA," ucap Kenny yang dikutip dari CNN Indonesia.

Kenny mengungkapkan sering menjelajah ke berbagai macam warnet, dengan tujuan untuk mengukur kemampuan, sekaligus membuktikan bahwa ia yang terbaik. Karena menurut pengakuannya, sejak kecil dirinya memang sudah memiliki jiwa untuk menjadi yang paling jago.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku mungkin sudah 4-5 kali pindah lingkungan (warnet). Hokinya, setiap aku pindah, selalu ada yang lebih jago. Pada saat di lingkungan terakhir aku merasa posisi aku sudah termasuk terbaik, akhirnya teman-temanku mengajak ikut turnamen Dota 1 untuk iseng-iseng," ucap Kenny.

Hanya saja, perjalanannya menjadi pro player Dota tidak mulus. Selama mengikuti banyak turnamen, tepatnya tujuh kali berpartisipasi dalam kompetisi, semuanya gagal total alias tidak ada yang dimenangkan.

ADVERTISEMENT

Tantangan semakin besar, ketika orang tuanya tidak mendukung minatnya di dunia esports. Menurut mereka hal tersebut hanya buang-buang uang.

Karena menurut pemaparannya, saat dulu ikut turnamen Dota, banyak modal yang harus disiapkan. Tetapi ia menegaskan, tidak pernah meminta kepada kedua orang tua.

"Dulu zamannya Dota 1 turnamen masih bayar uang registrasi, bayar billing, bayar makan, sama transportasi. Kurang lebih setiap turnamen aku spend uang for nothing," ujar Kenny.

"Untuk bayar biaya turnamen itu juga, aku menggunakan uang Chinese New Year (angpao) yang aku simpan setiap tahunnya, atau dikasih jajan sama paman," tambahnya.

Petualangannya pun menuai hasil yang setimpal. Ketika Kenny menjadi juara, namanya semakin dikenal dan berhasil memperoleh tawaran kontrak dari tim Zero Latitude (ZL) pada 2014. Di mana itu menjadi kali pertamanya merasakan, tidak perlu mengeluarkan biaya sendiri bila ikut turnamen. Kemudian pernah direkrut oleh tim esports ternama di Indonesia seperti RRQ, NXL, Kanaya, dan ThePrime Arvire.

Hingga akhirnya memutuskan untuk berkarier di luar negeri, seperti sempat memperkuat TNC Tiger dan Geek Fam Malaysia. Sampai Kenny dilirik oleh organisasi esports yang berlokasi di Korea Selatan, T1, dan mampu tampil di Dota 2 The International 10.




(hps/afr)