Sisi gelap PUBG kembali menjadi sorotan. Kasus bunuh diri karena dilarang bermain game tersebut kembali terjadi, kali ini menimpa remaja berusia 21 tahun.
Menurut laporan, anak muda ini benar-benar kecanduan memainkan PUBG. Teridentifikasi bernama Pritam Halder, dia merupakan warga Purba Lalpur, Bengala Barat, India.
Pada Jumat (4/9) pagi, Pritam sempat sarapan dan pergi ke kamarnya. Menjelang siang, ibu Pritam memanggilnya untuk menyuruhnya makan siang. Karena tak kunjung ada jawaban, ibu Pritam pun ke kamar putranya dan mendapati pintunya terkunci dari dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai curiga, ibu Pritam berulang kali memanggil anaknya dan mencoba masuk. Dia pun meminta bantuan tetangga untuk mendobrak pintu. Saat pintu berhasil didobrak, hancur hati sang ibu melihat Pritam putranya sudah tak bernyawa dengan menggantung diri.
Dikutip dari News 18, berdasarkan penuturan ibunya, Pritam kesal dan frustrasi karena tidak bisa bermain PUBG. Hal ini dipicu pengumuman resmi pelarangan PUBG oleh pemerintah India pada 2 September.
"Dia biasa bermain game itu pada malam hari. Saya rasa dia meninggal bunuh diri karena tidak bisa lagi memainkan PUBG," ucap ibunya.
Untuk diketahui Kementerian Elektronik dan Teknologi Informasi India melarang 118 aplikasi China di negara tersebut, termasuk PUBG milik Tencent Games. Google dan Apple pun menarik game populer tersebut di India.
Sejauh ini, game tersebut masih berjalan jika sudah menginstalnya di ponsel. Karena itu, tidak lama lagi penyedia layanan internet di India diperintahkan untuk memblokir game tersebut sepenuhnya.
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Kalau Kamu Gaming Disorder |
Pritam bukan satu-satunya kasus bunuh diri yang terjadi karena tidak bisa main PUBG. Pada 31 Agustus lalu, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun dari sebuah desa di distrik Anand di Ahmedabad, Gujarat, melakukan bunuh diri setelah dimarahi ayahnya karena bermain PUBG Mobile.
Polisi setempat mengatakan bocah itu adalah putra seorang guru sekolah dan diduga menenggak pestisida yang disimpan di rumahnya. Sempat dibawa ke rumah sakit, malangnya dokter menyatakan anak itu meninggal keesokan harinya.
Artikel ini tidak bertujuan menginspirasi untuk melakukan tindakan serupa. Bagi pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan mental.
Komunitas Yayasan Pulih bisa menjadi pilihan yang bisa kamu hubungi lewat instagram di @yayasanpulih dan email di pulihcounseling@gmail.com atau melalui Hotline Kementerian Kesehatan di 1500-567.
(rns/fay)