Kehadiran Xiaomi 13T di Indonesia disambut hangat para penggemar fotografi karena Xiaomi 13T ini kamera pertama dari Xiaomi dengan kamera ber-merk Leica yang masuk ke Indonesia. Kedua, harganya di luar perkiraan banyak orang karena hanya Rp6,5 juta saja, di bawah perkiraan banyak orang.
Sifat kerja sama antara Xiaomi dan Leica di model 13T ini adalah co-engineering. Leica berperan sebagai konsultan untuk desain lensa dan software dan memberikan lisensi kepada Xiaomi untuk mem-branding kameranya. Produksi kamera dan lensanya tetap tanggung jawab dari Xiaomi. Selain itu, kedua perusahaan bekerja sama dalam pemasaran ponsel ini.
Xiaomi 13T menggunakan prosesor Dimensity 8200-Ultra dari MediaTek. Nama Ultra tersebut menunjukkan kalau Xiaomi punya andil dalam memodifikasi performa prosesor yang dibuat dengan arsitektur 4nm tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Modifikasi tersebut salah satunya dilakukan di sektor prosesor gambar untuk meningkatkan atau membuat hasil fotonya sesuai dengan keinginan Xiaomi (dan Leica). Misalnya, meningkatkan akurasi warna dan sejenisnya.
Dengan didukung teknologi Imagiq 785 ISP tingkat flagship, MediaTek Dimensity 8200-Ultra mampu mendukung foto berukuran 320 MP dan menangkap video HDR 14-bit yang nyata hingga tiga kamera secara bersamaan.
Baca juga: Lensa 'Nendang' di Kamera Xiaomi 13T |
![]() |
Sebagai kamera dengan harga Rp6 jutaan, spesifikasi kameranya lumayan bagus, ada 3 modul kamera, Kamera utamanya 50 MP dengan sensor 1/1.28 inch dan bukaan f/1.9, modul lensa ultra wide dan lensa telefoto ekuivalen 2x zoom dengan bukaan f/1.9 juga tapi dengan sensor yang lebih kecil yaitu 1/3 inch.
Ada dua karakter tonal dan warna yang bisa dipilih, Leica Vibrant untuk warna dan tonal yang cerah dan meriah dan Leica Authentic untuk warna yang lebih muda dengan tonal yang lebih kontras dengan vinyet untuk meniru efek kamera film di masa lalu.
![]() |
![]() |
Untuk foto-foto pemandangan saya menggunakan Leica Vibrant dan mendapati warnanya agak sedikit magenta atau merah keunguan. Bias ke warna magenta ini kadang menjadi masalah saat saya memotret bunga atau daun-daun di musim gugur.
![]() |
Kualitas gambar yang bisa didapatkan dari modul utamanya cukup baik, untuk foto-foto pemandangan bagian tengahnya tajam dan detail, tapi di bagian tepi foto kita mulai bisa melihat kualitasnya berkurang ketajamannya dan juga terlihat sedikit cembung.
![]() |
Kadang-kadang saya perlu lensa yang lebih lebar, untungnya ponsel ini punya modul ultrawide, tapi kualitasnya lebih rendah, sehingga saat kita perbesar detailnya akan berkurang. Tapi untuk warna dan tonenya masih cukup baik.
![]() |
![]() |
![]() |
Untuk foto portrait, biasanya saya menggunakan mode portrait dengan simulasi bokeh, meniru latar belakang blur seperti lensa bukaan besar. Di beberapa keadaan, warna kulit terlihat lebih merah daripada aslinya, dan simulasi bokeh kadang rapi kadang agak berantakan. Sepertinya hal ini tergantung dari seberapa rapi rambut subjek fotonya.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Saat mengaktifkan mode Leica Authentic untuk portrait, warnanya jadi lebih berbeda, warnanya lebih terkesan netral dengan saturasi yang lebih rendah.
Untuk foto malam hari yang kontrasnya cukup tinggi, ponsel ini juga sukses dalam menyeimbangkan bagian gelap dan terang. Hasilnya masih tajam, meskipun detail-detail halus hilang, warnanya tetap terlihat cerah.
Kinerja kamera ponsel ini juga cepat terutama di kondisi cahaya yang terang, lag/jeda-nya hampir tidak terasa, tapi kalau kondisi gelap, ada sedikit jeda.
![]() |
![]() |
Menurut saya, kamera di Xiaomi 13T ini cukup baik untuk digunakan di berbagai suasana, hasil fotonya tajam dan modulnya cukup lengkap dari ultra wide, wide dan standard. Kelemahan utama dari lensa ini adalah warnanya yang kadang-kadang kurang akurat. Dengan harga Rp6 jutaan saya rasa ponsel ini cukup value untuk dibeli sebagai ponsel sehari-hari ataupun untuk hobi fotografi.
![]() |
![]() |
![]() |
(jsn/rns)