Di era di mana akses internet berkecepatan tinggi sama pentingnya dengan listrik, sebuah teknologi revolusioner muncul dari laboratorium X milik Alphabet. Taara, startup berbasis laser asal California, menghadirkan solusi konektivitas yang membuat Starlink milik Elon Musk terlihat seperti teknologi zaman dulu.
Internet Berbasis Laser
Dilansir dari laman Paris2018, berbeda dengan Starlink yang mengandalkan ribuan satelit mengorbit Bumi, Taara menggunakan pendekatan yang jauh lebih inovatif. Sistem ini memanfaatkan terminal berbasis darat bernama Lightbridges yang mentransmisikan data melalui sinar laser tak kasat mata antar titik tertentu. Terminal berukuran sebesar lampu lalu lintas ini dapat dipasang di atap gedung, menara, atau bahkan pohon tinggi.
Performa Taara sungguh menakjubkan. Teknologi laser ini mampu menghasilkan kecepatan data hingga 20 gigabit per detik untuk jarak hingga 20 kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini berarti kecepatan 10 hingga 100 kali lebih cepat dibandingkan koneksi Starlink pada umumnya. Yang lebih mengesankan, infrastruktur yang dibutuhkan sangat minim-tanpa peluncuran roket, tanpa jaringan serat optik ekstensif, dan pemasangan bisa selesai dalam hitungan jam.
Inti dari teknologi Taara adalah mekanisme penyelarasan sinar laser. Karena komunikasi laser membutuhkan garis pandang yang jelas, sistem ini dilengkapi teknologi pelacakan canggih yang secara otomatis menyesuaikan posisi sinar secara real-time.
Teknologi adaptif ini menjamin konektivitas yang andal, bahkan di lingkungan menantang seperti Lembah Rift di Kenya, di mana kondisi atmosfer sering berubah drastis.
Dampak lingkungannya juga signifikan. Dibandingkan solusi konektivitas tradisional, Taara menawarkan:
- Jejak karbon yang jauh lebih rendah (tanpa peluncuran satelit)
- Gangguan fisik minimal (tanpa penggalian atau pemasangan kabel)
- Konsumsi energi yang lebih hemat
- Pengurangan limbah elektronik
Aplikasi Nyata dan Penyebaran Global
Taara bukan sekadar konsep. Teknologinya sudah beroperasi di 12 negara. Salah satu implementasi paling luar biasa adalah di Sungai Kongo, yang menghubungkan Brazzaville dan Kinshasa-dua ibu kota dengan populasi gabungan lebih dari 17 juta jiwa.
Koneksi ini berhasil mentransmisikan 700 terabyte data dengan uptime 99,99%, merevolusi konektivitas antar kota dengan biaya infrastruktur yang jauh lebih rendah.
Fleksibilitas Taara juga terlihat di acara besar seperti Coachella, di mana teknologi ini mendukung jaringan seluler berkapasitas tinggi tanpa perlu infrastruktur sementara yang rumit. Fleksibilitas ini membuka peluang untuk berbagai kebutuhan, seperti respons bencana, fasilitas kesehatan sementara, hingga inisiatif pendidikan di wilayah terpencil.
![]() |
Bukan Sekadar Pesaing, tapi Pelengkap Infrastruktur
Taara tidak memposisikan diri sebagai pesaing langsung operator, melainkan sebagai solusi pelengkap dalam ekosistem konektivitas. Jika satelit unggul untuk lokasi terpencil seperti kapal di laut atau komunitas terisolasi, Taara mendominasi aplikasi berjarak pendek dengan kebutuhan bandwidth tinggi, di mana hambatan geografis membuat infrastruktur tradisional sulit diterapkan.
Kemandirian Taara dari Alphabet menandakan transisinya dari proyek penelitian menjadi entitas komersial dengan ambisi global. Melalui kemitraan strategis dengan operator telekomunikasi, pemerintah, dan organisasi kemanusiaan, Taara bertujuan menghubungkan 3 miliar orang di seluruh dunia yang masih kekurangan akses internet andal.
Ke depan, Taara berencana mengembangkan chip fotonik pada 2026, yang dapat mengintegrasikan sistem komunikasi laser ini ke perangkat IoT atau kendaraan otonom. Miniaturisasi ini menjadi langkah besar menuju konektivitas ultra-cepat yang ada di mana-mana.
Bagi komunitas yang terpisah oleh sungai, rel kereta, atau medan sulit, sinar laser Taara menjadi jembatan menuju dunia digital. Teknologi ini membuka peluang pendidikan, kemajuan kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya tak terbayangkan.
Seiring Taara terus berkembang dan menjangkau lebih banyak wilayah, teknologi ini berpotensi menjadi tulang punggung tak kasat mata dari dunia yang semakin terhubung.
(afr/afr)