Jakarta - Ribuan karyawan Google di berbagai negara, termasuk di kantor pusatnya, serentak menggelar aksi demo terkait skandal pelecehan seks di perusahaan itu.
FotoINET
Penampakan Ribuan Karyawan Google Demo Besar-besaran

Karyawan di kantor Google di London keluar untuk aksi demo. Aksi tersebut dinamai Google Walkout for Real Change. Foto: Reuters

Tampak para karyawan Google di Dublin berduyun duyun keluar dari kantornya. Ribuan karyawan -- kebanyakan di antaranya adalah perempuan -- berdemo dengan walkout, alias meninggalkan kantornya, di lebih dari 60% kantor Google di seluruh dunia pada pukul 11.10 kemarin siang waktu setempat. Foto: Reuters

Kalau ini para karyawan Google di Zurich, Swiss, yang kompak ikut demo. Foto: Reuters

"Kami tak ingin merasa kalau kami tak setara atau kami tak dihargai lagi. Google terkenal karena budayanya. Namun pada kenyataannya kami bahkan tidak mendapat respek dan keadilan untuk setiap orang yang ada di sini," ujar Claire Stapleton, product marketing manager YouTube mengenai demo ini. Foto: Reuters

Seorang pegawai Google memegang kertas bertuliskan sejuta alasan untuk berubah. Aksi protes ini dipicu oleh laporan New York Times yang menulis kasus pelecehan seks bapak Android Andy Rubin, yang sudah mengundurkan diri dari Google sejak 2014. Yang dipermasalahkan dari kasus itu adalah Google tetap memberi pesangon pada Rubin setelah ia diketahui melakukan pelecehan seks terhadap bawahan. Foto: Reuters

Kalau ini adalah karyawan Google di kantor New York yang ikut berdemo. Aksi walkout ini dimulai dari sejumlah kantor Google di Asia, seperti Singapura, dan kemudian diikuti oleh karyawan Google di belahan dunia lain. Foto: Reuters

Akun Twitter @GoogleWalkout sudah mulai menyebar foto aksi tersebut yang dilakukan di Twitter dan Instagram, dengan menggunakan tagar #GoogleWalkout. Foto: Reuters

Tampak para karyawan Google berdemo dengan jalan di seputaran kantornya di New York. Foto: Reuters

Selain kasus Andy Rubin, Ada juga mantan SVP of search Google Amit Singhal yang dilaporkan mendapat pesangon setelah mengundurkan diri karena tuduhan pelecehan seks. Lalu direktur Google X Rich DeVaul tetap dipertahankan di Google setelah melakukan hal tak pantas terhadap calon karyawan Google. Foto: Reuters

Di kasus Andy Rubin, selain memberi pesangon, bos besar Google Larry Page tetap memberikan pernyataan berisi pujian pada Rubin saat ia mengundurkan diri. Foto: Reuters

Ada beberapa tuntutan yang diminta para karyawan Google di antaranya mengakhiri pemaksaan arbitrasi pada kasus diskriminasi dan pelecehan, komitmen untuk mengakhiri ketidakadilan jumlah gaji dan kesempatan serta mengungkap kasus pelecehan seks secara transparan ke publik. Foto: Reuters

Ini para karyawan yang berdemo di kantor pusat Google di Mountain View, California. Tuntutan lain adalah adanya proses yang jelas, seragam, dan inklusif untuk pelaporan pelecehan seks yang aman dan anonim, kemudian Chief Diversity Officer bisa melapor langsung ke CEO dan memberi rekomendasi langsung ke dewan direksi. Lalu harus ada perwakilan karyawan di dewan direksi. Foto: Reuters

Salah satu bangunan utama di kantor pusat Google tak luput dari aksi demo. Foto: Reuters

Mereka meninggalkan untuk sementara pekerjaan masing-masing. Foto: Reuters

CEO Google Sundar Pichai dan VP people operations Google Eileen Naughton sebenarnya sudah mengeluarkan pernyataan yang berbunyi sudah memecat 48 orang yang terlibat pada kasus pelecehan seks selama dua tahun ke belakang tanpa memberi pesangon. Foto: Reuters

Namun kedua orang itu sama sekali tak menyangkal laporan New York Times. Sementara Rubin menyebut laporan tersebut mempunyai sejumlah kesalahan mengenai masa kerjanya di Google, dan melebih-lebihkan pesangon yang didapat Rubin dari Google, serta menyangkal tuduhan pelecehan seks yang ditujukan padanya. Foto: Reuters

Namun demikian, aksi demo terus berjalan. Foto: Reuters

Karyawan pria Google demo di samping maskot Android. Foto: Reuters

Beberapa slogan pun dibawa. Foto: Reuters

Para perempuan pegawai Google paling lantang menyuarakan aksi protesnya. Foto: Reuters



















