Ada beberapa dosen yang kaya luar biasa. Mereka rata-rata dosen yang juga berkecimpung dan berbisnis di jagat teknologi. Seperti dikutip detikINET dari VNExpress, inilah mereka:
Fan Daidi: USD 4,2 miliar (Rp 69 triliun)
Fan Daidi, 59 tahun, pada bulan April diangkat sebagai wakil presiden Universitas Northwest di provinsi Shaanxi, China. Ia diyakini memiliki kekayaan bersih tertinggi di antara para eksekutif universitas secara nasional di China, menurut South China Morning Post.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daidi, bersama suaminya Yan Jianya, mendirikan Giant Biogene Holding. Perusahaan tersebut, berspesialisasi dalam kolagen dan produk perawatan kulit lain, terdaftar di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 2022. Selain itu, Fan menjabat sebagai dekan Institut Penelitian Biomedis di Universitas Northwest.
Ia peneliti tamu senior Massachusetts Institute of Technologi dari 1999 hingga 2000. Fan juga punya saham di Beauty Farm Medical and Health Industry, penyedia layanan kecantikan yang go public di Bursa Efek Hong Kong tahun 2023. Ia sekarang berada di peringkat orang terkaya ke-923 secara global di daftar miliarder Forbes.
David Cheriton: USD 15,4 miliar (Rp 253 triliun)
David Cheriton, profesor emeritus di Universitas Stanford, mengumpulkan kekayaannya melalui investasi awal di Google. Bersama Andreas von Bechtolsheim, yang sekarang juga menjadi miliarder, Cheriton menginvestasikan USD 100.000 di Google saat perusahaan itu masih dalam tahap awal.
Bersama-sama, mereka juga mendirikan tiga perusahaan yaitu Arista Networks, yang go public pada tahun 2014, Granite Systems yang diakuisisi oleh Cisco pada tahun 1996, dan Kealia, yang dijual ke Sun Microsystems pada tahun 2004.
Cheriton mengundurkan diri dari dewan direksi Arista pada tahun 2014. Setelah perusahaannya Apstra diakuisisi oleh Juniper Networks pada tahun 2021, Cheriton mengambil peran sebagai kepala ilmuwan pusat data di Juniper Networks. Ia kini menjadi orang terkaya ke-162 di dunia.
Henry Samueli: USD 26,8 miliar (Rp 440 triliun)
Henry Samueli, 70 tahun, adalah profesor di University of California, Los Angeles (UCLA) yang juga salah satu pendiri dan chairman perusahaan semikonduktor Broadcom.
Ia meluncurkan perusahaan tersebut bersama miliarder lainnya Henry Nicholas pada tahun 1991 dari sebuah kondominium di Redondo Beach, California. Di 2016, perusahaan chip yang berbasis di Singapura Avago mengakuisisi Broadcom senilai USD 37 miliar dalam bentuk tunai dan saham.
Pada tahun 2017, keluarga Samueli memberikan donasi USD 200 juta kepada University of California, Irvine, donasi terbesar dalam sejarah institusi tersebut.
Sebagai profesor di UCLA, ia menginspirasi mahasiswanya untuk meraih prestasi lebih tinggi. "Menjadi seorang insinyur adalah sangat berarti, membuat hidup orang-orang menjadi lebih baik (dengan) menerapkan matematika dan sains," katanya. Samueli kini berada di peringkat ke-74 dunia dalam hal kekayaan.
(fyk/fyk)