Teror Balon Sampah-Tinja Korut ke Korsel, Sederhana Tapi Menjijikkan

Fadhila Fachri - detikInet
Jumat, 07 Jun 2024 15:30 WIB
Foto: (Yonhap via REUTERS)
Jakarta -

Situasi antara Korea Utara dan Korea Selatan memanas setelah Korea Utara mengirim balon-balon berisi sampah ke Korea Selatan. Sebagai balasan, Korea Selatan menghentikan sementara perjanjian militer 2018 yang bertujuan mengurangi ketegangan perbatasan.

Ini memungkinkan Korea Selatan melakukan latihan militer dekat perbatasan dan memulai kembali propaganda melalui pengeras suara. Teknologi balon Korea Utara sebenarnya sederhana saja, yaitu hanya balon transparan warna putih diisi helium atau hidrogen. Pada bagian bawah, terikat kantong plastik besar berisi sampah atau tinja.

Kenapa Korea Utara Mengirimkan Balon yang Berisikan Sampah ke Korea Selatan?

Dikutip detikINET dari Al Jazeera Jumat (07/06/2024), aksi Korut merupakan balasan atas aktivitas para pengungsi dan aktivis Korut di Korsel yang mengirimkan balon bermuatan selebaran anti-Pyongyang, makanan, obat-obatan, uang, dan media penyimpanan digital berisi konten populer Korea Selatan.

Sekitar 260 balon dari Korut membawa puntung rokok, kain perca, kertas sampah, dan pupuk kandang yang jatuh di berbagai wilayah Korea Selatan, termasuk sejauh 218 kilometer dari Seoul.

Serangan ini juga disertai upaya untuk mengganggu sistem GPS di Korea Selatan. Militer Korea Selatan mengecamnya sebagai tindakan yang rendah dan berbahaya, serta mengerahkan unit khusus untuk menangani situasi.

Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, membela serangan balon ini sebagai hadiah ketulusan bagi warga Korea Selatan yang "menangis demi kebebasan berekspresi." Dia mengkritik Seoul atas sikap yang dianggap hipokrit dalam menyikapi masalah ini.

Balon Korut yang sampai di Korsel. Foto: (Yonhap via REUTERS)

Korea Utara sangat sensitif terhadap selebaran yang disebarkan oleh aktivis Korea Selatan karena berisi informasi dari dunia luar dan kritik terhadap rezim penguasa negara itu. Pada 2020, Korea Utara bahkan meledakkan kantor penghubung antar Korea di wilayahnya sebagai protes atas kampanye penyebaran selebaran tersebut.

Meskipun Seoul sempat memberlakukan undang-undang yang mengkriminalisasi pengiriman selebaran propaganda anti Pyongyang, namun aturan itu kemudian dibatalkan Mahkamah Konstitusi Korea Selatan pada 2023 dengan alasan pembatasan berlebihan terhadap kebebasan berbicara.

Apakah 'Serangan' Balon Korea Utara Akan Terus Berlanjut?

Ketegangan meningkat setelah Korea Utara mengirim ratusan balon berisi sampah itu. Militer Korea Selatan mengumpulkan 700 kantong sampah lebih dalam kasus ini. Provokasi ini memicu Presiden Yoon menggelar rapat keamanan dan mengecam tindakan Pyongyang sebagai tidak rasional.

Beberapa jam kemudian, pejabat Korea Utara Kim Kang Il memperingatkan bahwa jika aktivis Korea Selatan kembali menyebarkan selebaran propaganda anti Pyongyang, Korea Utara akan merespons dengan menyebarkan kertas bekas dan sampah dalam jumlah 100 kali lipat.

Meski Korea Utara menghentikan sementara serangan balon setelah mengklaim mengirim 3.500 balon berisi 15 ton sampah, hal itu tampak sia-sia. Sebab, Korea Selatan telah mengambil keputusan untuk menangguhkan perjanjian militer 2018. Seoul menyatakan serangan balon dapat membahayakan warganya.

Wakil Menteri Pertahanan Korsel Cho Chang-rae menegaskan bahwa tanggung jawab atas situasi ini sepenuhnya ada di Korut. Dia menambahkan bahwa jika Pyongyang melanjutkan provokasi, militer Korea Selatan, bersama dengan kekuatan pertahanan gabungan dengan Amerika Serikat, akan memberikan hukuman yang cepat, kuat, dan tuntas".

Apa Arti Perjanjian 2018 Antara Korea Utara dan Korea Selatan?

Keputusan Korea Selatan menangguhkan kesepakatan militer 2018 mengakhiri periode rekonsiliasi singkat dengan Korea Utara setelah lama bersitegang. Kesepakatan dicapai di bawah kepemimpinan Moon Jae-in dan Kim Jong Un untuk mengurangi ketegangan perbatasan dengan menghentikan permusuhan seperti propaganda dan latihan militer.

Namun, kesepakatan itu terganggu dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan meningkat setelah Korsel menangguhkan sebagian kesepakatan sebagai respons terhadap peluncuran satelit Korea Utara. Pyongyang kemudian menyatakan mereka tidak lagi terikat kesepakatan dan mengerahkan pasukan ke pos-pos perbatasan.

Penangguhan total kesepakatan membuka peluang eskalasi. Jika Korea Selatan mulai propaganda dan latihan, Korea Utara mungkin akan membalas lebih kuat di perbatasan. Sejauh ini, Pyongyang belum merespons langkah Seoul. Situasi diperkirakan memanas jika tak ada upaya dialog dan rekonsiliasi.

*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Simak Video "Video: Korsel Sebut Korut Tembakkan Rudal Jarak Pendek di Lepas Pantai Timur"

(fyk/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork