AS dan Prancis Izinkan Senjatanya Serang Rusia, Apa Dampaknya?
Hide Ads

AS dan Prancis Izinkan Senjatanya Serang Rusia, Apa Dampaknya?

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 03 Jun 2024 07:45 WIB
Ukrainian soldiers from The 56th Separate Motorized Infantry Mariupol Brigade prepare to fire a multiple launch rocket system based on a pickup truck towards Russian positions at the front line, near Bakhmut, Donetsk region, Ukraine, March 5, 2024. (File photo: AP)
Senjata Ukraina. Foto: dok. AP Photo
Jakarta -

Ukraina sekarang diperbolehkan menggunakan senjata dari Barat untuk mengincar sasaran di wilayah Rusia. Amerika Serikat dan Prancis telah mengizinkannya. Apa yang akan berubah dari keputusan ini?

Sebelumnya, negara Barat membatasi penggunaan senjata hanya di wilayah Ukraina. Mereka khawatir menyerang sasaran di Rusia dengan senjata NATO akan meningkatkan konflik. Namun kemajuan Rusia di area Kharkiv meyakinkan sekutu bahwa untuk bertahan, Ukraina juga harus menghancurkan sasaran militer di sisi lain perbatasan.

Bulan lalu, Rusia melancarkan serangan darat besar di sana dan merebut beberapa desa. Kemajuan Rusia menimbulkan ancaman serius bagi Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, yang berjarak 30 km dari perbatasan. Menyusul meningkatnya tekanan dari Ukraina dan negara Eropa, AS setuju mengizinkan Kyiv menyerang Rusia dengan senjata Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menlu AS Antony Blinken mengonfirmasi keputusan itu dibuat menyusul permintaan Ukraina. "Beberapa minggu terakhir, Ukraina mendatangi kami dan minta izin menggunakan senjata yang disediakan untuk mempertahankan diri dari agresi ini di dekat Kharkiv, termasuk melawan pasukan Rusia yang berkumpul di sisi perbatasan Rusia," kata Blinken.

Namun AS tetap hati-hati. Mereka tetap tak mengizinkan dipakainya senjata jarak jauh seperti ATACMS yang punya jangkauan 300 km. Itu membuat Ukraina hanya bisa fokus pada sasaran di dekat perbatasannya. Namun itu masih merupakan perubahan kebijakan besar. Bahkan rudal dengan jangkauan lebih pendek seperti peluncur roket seperti HIMARS, dapat mengganggu operasi logistik dan pergerakan pasukan Rusia, yang akan memperlambat serangan mereka.

ADVERTISEMENT

"Kini, Ukraina dapat menyerang tempat-tempat di mana musuh memusatkan pasukan, peralatan, dan fasilitas penyimpanan pasokan yang digunakan untuk menyerang Ukraina," kata Yuriy Povkh dari kelompok taktis Kharkiv, seperti dikutip detikINET dari BBC.

Namun, pencabutan larangan penggunaan senjata Barat sepertinya takkan membantu melindungi Ukraina dari bom luncur Rusia yang menimbulkan kerugian besar. Untuk menghentikan serangan tersebut, pasukan Ukraina harus menargetkan pesawat yang menjatuhkan bom luncur.

Satu-satunya senjata yang mampu mencegat pesawat Rusia adalah sistem pertahanan udara Patriot AS. Masalahnya, mendekatkan senjata ini ke Kharkiv risikonya besar. Drone dapat cepat mendeteksinya dan Moskow dapat meluncurkan rudal seperti Iskander untuk menghancurkannya.

Menariknya, Inggris dan Perancis, yang menyediakan rudal jelajah Storm Shadow atau Scalp, belum secara eksplisit membatasi penggunaan rudal itu, di mana jangkauannya bisa mencapai 250 km. Itu dipandang sebagai izin menggunakan Storm Shadows/Scalp untuk menyerang lapangan udara di wilayah Kursk dan Belgorod yang berbatasan dengan Ukraina.

Namun, jet tua Su-24 Ukraina yang dilengkapi rudal ini harus mendekati perbatasan Rusia untuk meluncurkannya, sehingga rentan diserang sistem pertahanan udara Rusia. Jet F-16 yang diharapkan tiba akhir tahun ini perlengkapannya lebih baik untuk tugas tersebut. Tapi Presiden Zelensky mengakui masih belum jelas apakah sekutu akan mengizinkan jet tersebut digunakan untuk menyerang sasaran di Rusia.

"Saya pikir penggunaan senjata apa pun, jenis senjata Barat, di wilayah Rusia hanyalah masalah waktu," katanya pada KTT Nordik di Stockholm belum lama ini.




(fyk/afr)