Bom Canggih AS yang Dipakai Ukraina Kewalahan Hadapi Teknologi Rusia
Hide Ads

Bom Canggih AS yang Dipakai Ukraina Kewalahan Hadapi Teknologi Rusia

Anggoro Suryo - detikInet
Sabtu, 25 Mei 2024 18:00 WIB
Ukrainian President Volodymyr Zelenskiy walks down the White House colonnade to the Oval Office with U.S. President Joe Biden during a visit to the White House in Washington, U.S., September 21, 2023. Doug Mills/Pool via REUTERS Acquire Licensing Rights
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama Presiden AS Joe Biden. Foto: Doug Mills/Pool via REUTERS Acquire Licensing Rights
Jakarta -

Bom canggih Amerika Serikat yang diberikan ke Ukraina ternyata kewalahan menghadapi teknologi Rusia, dan hampir selalu gagal mengenai targetnya.

Bom yang dimaksud adalah Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB) yang dibuat oleh Boeing dan SAAB AB, dan mulai diserahkan ke Ukraina Februari 2023 lalu. Sistem navigasi GPS bom dengan jangkauan 161 km tersebut selalu sukses dikecoh oleh perangkat pengacak sinyal milik Rusia.

Padahal sistem navigasi GLSDB pun terbilang canggih, ia bisa diarahkan untuk menghindari halangan seperti gunung dan sistem pertahanan udara. Namun sistem navigasi ini tak berkutik menghadapi teknologi pengacak sinyal Rusia dan hampir selalu tak bisa mencapai targetnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia diketahui memang melakukan pengacakan sinyal besar-besaran untuk mengganggu berbagai sistem yang dipakai Ukrain. Dari mulai radio, drone, bahkan artileri Excalibur 155 yang menggunakan GPS sebagai sistem navigasinya.

"(Pengacakan sinyal) adalah realita yang terjadi di medan perang, dan banyak sistem senjata yang harus menghadapi ini dan berbagai sistem lain. Tantangan semacam ini bisa diputar balik dengan pembaruan teknis, atau menggunakan metode alternatif yang lebih sederhana, penggunaan senjata jarak jauh tetap diperlukan," kata Tom Karako, ahli senjata dari Center for Strategic and International Studies.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan sumber yang dikutip Reuters, Boeing mengaku bisa memodifikasi sistem tersebut untuk menghadapi pengacakan sinyal, namun modifikasi tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Sebagai informasi, GLSDB dikembangkan oleh Boeing dan SAAB AB sebelum Rusia Menginvasi Ukraina pada 2022 lalu.

Pada awal Februari 2023, juru bicara Pentagon Pat Ryder menyebutkan adanya paket bantuan untuk Ukraina senilai USD 2,2 miliar yang salah satunya berisi bom GLSDB. Menurutnya -- saat itu -- bom ini bisa mengancam posisi dan depot yang berada jauh di belakang garis depan.

"Ini memberi mereka kemampuan jarak jauh... yang akan memungkinkan mereka melakukan operasi untuk mempertahankan negara mereka dan merebut kembali wilayah kedaulatan mereka," kata Ryder.




(asj/asj)