Sniper Amerika yang Perang di Ukraina Ngaku Tak Butuh Tank, Tapi...
Hide Ads

Sniper Amerika yang Perang di Ukraina Ngaku Tak Butuh Tank, Tapi...

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 03 Apr 2024 12:45 WIB
Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung selama dua tahun. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan 31.000 tentaranya tewas dalam perang tersebut.
Tentara Ukraina beraksi. Foto: AP Photo/Libkos
Jakarta -

Seorang sniper atau penembak jitu asal Amerika Serikat yang ikut berperang di Ukraina, menyebut bahwa tentara Ukraina sangat membutuhkan artileri dan amunisi. Menurutnya selain senjata itu, benda mahal seperti tank sudah tak mereka pedulikan.

Jonathan Poquette, sang sniper, menyatakan menipisnya persediaan amunisi Ukraina berarti mereka harus jauh lebih pemilih soal target mana yang harus ditembak. Malah terkadang, mereka membiarkan pasukan Rusia maju, padahal sebelumnya pasti sudah ditembak terlebih dulu.

Dia pun menilai Ukraina tidak begitu perlu kendaraan perang. "Dengan negara Barat, banyak yang menyebut oh yeah, mereka mendonasikan kendaraan itu, kendaraan ini. Bro, aku tidak peduli dengan kendaraan itu, dalam level tertentu," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beri aku peluru. Beri aku mortir. Beri aku artileri. Beri aku benda-benda yang memungkinkan masing-masing prajurit berperang dan membunuh tentara Rusia," lanjutnya.

Poquette adalah penembak jitu di Chosen Company, pasukan internasional di Ukraina yang secara resmi ditetapkan sebagai unit pengintaian, tapi lebih sering untuk serangan garis depan dan misi pertahanan.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, kekurangan persenjataan dan peralatan yang berkepanjangan berarti senjata yang dapat membuat tentara bertahan dan menghentikan Rusia dibutuhkan lebih mendesak dibandingkan senjata lain. Walau kendaraan mahal seperti tank memang penting, tapi saat ini ada yang lebih penting.

"Yang penting saat ini adalah amunisi, granat, claymore, atau jenis ranjau lainnya, roket, berbagai sistem roket yang berbeda. Apa yang bisa dilakukan satu tank? Tidak sebanyak 50.000 peluru artileri, 5.000 peluru mortir," katanya.

Perbandingan senjata antara Ukraina dan Rusia belakangan memang timpang. Sebelumnya, Letjen Oleksandr Syrsky selaku Commander in Chief militer Ukraina menyatakan artileri dan mortir Rusia, jumlahnya 6 banding 1 dari Ukraina dalam pertarungan di garis depan.

Syrsky pun mengakui bahwa situasi di garis depan jadi sulit lantaran Rusia terus menyerang dan jumlah personel serta amunisi mereka melampaui Ukraina. "Sampai beberapa hari lalu, keunggulan musuh dalam amunisi yang ditembakkan adalah sekitar 6 banding 1. Tapi kami belajar bertarung bukan dengan jumlah amunisi, tapi dengan skill dalam memakai senjata yang ada," katanya




(fyk/fyk)