Jenderal Ukraina Ungkap Situasi Gawat di Garis Depan Lawan Rusia
Hide Ads

Jenderal Ukraina Ungkap Situasi Gawat di Garis Depan Lawan Rusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 01 Apr 2024 17:15 WIB
Pasukan Ukraina menggunakan taktik perang parit untuk melawan Rusia di Bakhmut. Begini situasi parit yang menjadi benteng pertahanan Ukraina.
Jenderal Ukraina Ungkap Situasi Gawat di Garis Depan Lawan Rusia (Foto: AP Photo/Libkos)
Kyiv -

Perbandingan senjata antara Ukraina dan Rusia belakangan timpang. Letjen Oleksandr Syrsky selaku Commander in Chief militer Ukraina menyatakan artileri dan mortir Rusia, jumlahnya 6 banding 1 dari Ukraina dalam pertarungan di garis depan.

Syrsky pun mengakui bahwa situasi di garis depan menjadi sulit lantaran Rusia terus menyerang dan jumlah personel serta amunisi mereka melampaui Ukraina.

"Sampai beberapa hari lalu, keunggulan musuh dalam amunisi yang ditembakkan adalah sekitar 6 banding 1. Tapi kami belajar bertarung bukan dengan jumlah amunisi, tapi dengan skill dalam memakai senjata yang ada," katanya seperti dikutip detikINET dari Insider, Senin (1/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khususnya, Ukraina menggunakan amunisi presisi tinggi untuk menembak posisi Rusia dari jarak jauh serta mengerahkan drone untuk menyerang kapal perang Rusia di Laut Hitam.

Syrsky berharap Ukraina akan menerima lebih banyak senjata pertahanan udara dan rudal dari sekutunya. Ini karena Rusia semakin agresif menyerang dari udara ke seluruh wilayah Ukraina.

ADVERTISEMENT

Saat ini, bantuan persenjataan dari Amerika Serikat ke Ukraina senilai USD 60 miliar masih macet karena belum ada kesepakatan antara para politisi. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bantuan itu sangat penting dan jika tidak segera diberikan, pasukan Ukraina mungkin terpaksa mundur.

"Jika tidak ada dukungan Amerika, artinya kami tak punya pertahanan udara, tidak ada rudal Patriot, tidak ada jammer, tidak ada peluru artileri 155 mm. Artinya kami akan balik, mundur, selangkah demi selangkah," katanya.

"Jika Anda butuh 8.000 peluru sehari untuk mempertahankan garis depan, tapi Anda hanya punya katakanlah 2.000 peluru, Anda harus bertindak lebih sedikir. Jika gagal, Rusia bisa saja menuju ke kota-kota besar," imbuhnya.




(fyk/fay)