Jet Tempur Rafale Banjir Pesanan Termasuk Indonesia, Tapi...
Hide Ads

Jet Tempur Rafale Banjir Pesanan Termasuk Indonesia, Tapi...

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 06 Mar 2024 10:45 WIB
Jet tempur Rafale
Jet Tempur Rafale Banjir Pesanan Termasuk Indonesia. Foto: Dok. Dassault Aviation
Jakarta -

Jet tempur Rafale dari Perancis tengah laris manis. Berbagai negara termasuk Indonesia telah memesannya. Tetapi hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah Dassault Aviation selaku pembuatnya bisa memenuhi permintaan itu dan mengirimnya tepat waktu.

"Dassault menyebut nilai jualnya adalah kemampuan mengirim Rafale ke konsumen hanya 3 tahun setelah penandatanganan kontrak. Tapi kejadian belakangan bisa membuat komitmen itu lebih menantang dan bahkan mengganggu sebagian deal masa depan," sebut International Institute for Strategic Studies.

Rafale telah dipesan oleh 8 negara, Mesir, Yunani, India, Qatar, Kroasia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia yang memesan 42 unit. Itu di luar pesanan dari militer Perancis yang jumlahnya besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jet tempur ini pertama kali mengudara di 1986 dan terus diperbaharui. Ia termasuk jet generasi 4,5 dengan fitur canggih termasuk kemampuan siluman, kecepatan supersonik dan mampu menembakkan rudal jarak jauh.

Menurut Defense News, Perancis sudah memesan 234 Rafale ditambah 261 lagi dari berbagai negara. Pertanyaannya adalah apakah Dassault bisa memenuhi seluruh permintaan itu. Dari 2026 ke 2033, Dassault harus mengirimkan 174 Rafale ke Perancis, 42 ke Indonesia, 80 ke UEA dan 10 ke Mesir.

ADVERTISEMENT

"Mereka bertujuan memproduksi 15 Rafale tahun silam tapi hanya menyelesaikan 13. Mereka belum memberikan panduan produksi di 2024, meski output sepertinya naik karena permintaan yang kuat. Namun demikian, tampaknya angka produksi tahunan tidak bisa dengan cepat menembus lebih dari 20 unit," tambah IISS.

Untuk memenuhi permintaan, Dassault setidaknya perlu membuat 24 Rafale per tahun. Memang, produksi jet tempur modern sangat rumit. Di 2024, Lockheed Martin kesulitan memproduksi 100 F-35, di mana setiap unit membutuhkan sampai 40.000 jam kerja sampai selesai. Selain pembuatannya rumit, komponennya pun tersebar secara global.

"Meskipun Dassault banyak bergantung pada penyuplai domestik untuk Rafale, tetap ada kesulitan. Kelangkaan engineer bisa juga mengganggu produksi Rafale," sebut IISS lagi, seperti dikutip detikINET dari Insider.

Rafale belakangan banyak jadi pilihan bagi negara yang tidak mau terlibat kerumitan jika memesan jet tempur dari Amerika Serikat atau Rusia, yang seringkali ada syaratnya. Kemampuan Rafale juga baik dan lincah di udara.




(fyk/afr)