Jet Rafale Pesanan RI Ada Titik Terang, Mirage dan Boramae Apa Kabar?
Hide Ads

Jet Rafale Pesanan RI Ada Titik Terang, Mirage dan Boramae Apa Kabar?

Argya Dharma Maheswara - detikInet
Selasa, 09 Jan 2024 19:41 WIB
Jet tempur Rafale
Foto: Dassault Aviation
Jakarta -

Masa depan teknologi pertahanan udara di Indonesia dilihat dari pengadaan jet tempurnya. Rafale ada titik terang, Mirage dan Boramae belum ada kabar positif.

Pengumuman Dassault Aviation atas berlakunya pengadaan jet tempur Rafale batch ketiga merupakan kabar baik. Walau begitu, Indonesia sebenarnya juga memiliki beberapa rencana pengadaan jet tempur yang belum menemui titik jelas.

Rencana Pengadaan Rafale

Dassault Aviation mengumumkan bahwa kontrak pengadaan Rafale untuk Indonesia resmi berlaku untuk tiga batch. Nantinya, Indonesia akan kedatangan 6 Rafale pada batch pertama, 18 unit lainnya pada batch kedua dan 18 unit terakhir pada batch terakhir seperti disampaikan oleh Dassault Aviation, seperti dikutip Selasa (9/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabarnya, jet tempur asal Prancis ini akan bergabung dengan TNI Angkatan Udara pada akhir 2026 melalui kedatangan Rafale batch pertama. Total, TNI Angkatan Udara akan diperkuat dengan 42 Rafale di masa yang akan datang.

Jet Tempur Interim Mirage Ditunda

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan RI juga memiliki rencana akuisisi Mirage 2000-5 sebagai jet tempur interim hingga Rafale tiba di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Mirage 2000-5 yang sebelumnya direncanakan untuk diakuisisi merupakan jet tempur bekas pakai dari Angkatan Udara Qatar. Jet tempur ini juga merupakan pesawat yang dibuat oleh pabrikan yang sama dengan Rafale yaitu Dassault Aviation asal Prancis.

Walau begitu, Indonesia memutuskan untuk menunda pengadaan jet tempur ini dengan alasan fiskal. Selain itu, Kementerian Pertahanan juga berencana untuk melakukan retrofit pada jet tempur yang sudah mengisi armada udara TNI Angkatan Udara yaitu F-16 untuk mengisi kekosongan dalam menunggu Rafale.

"(Ditunda karena) keterbatasan kapasitas fiskal kita. Untuk mengisi kekosongan sementara menunggu Rafale Dassault yang sudah dipesan, maka dilakukan retrofit terhadap pesawat-pesawat F-16, Sukhoi kita," kata Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Nasib KF-21 Boramae

Selain pengadaan Rafale, Indonesia juga memiliki proyek bersama Korea Selatan dalam membangun jet tempur KF-21 Boramae. Dalam proyek itu, Indonesia menyetujui penanggungan atas 20% biaya pengembangan sebesar USD 7,3 miliar atau sekitar Rp 113 triliun.

Pada 2023, Indonesia juga dilaporkan gagal membayar 500 miliar won yang seharusnya dibayar pada akhir Agustus 2023. Walau begitu, Pejabat Korsel mengatakan bahwa sejauh ini, Indonesia membayar 227,2 miliar won.

Beberapa pihak memperkirakan bahwa pengadaan F-15EX untuk Indonesia juga berdampak pada berkurangnya minat Indonesia terhadap pengembangan KF-21 Boramae.

"Belanja besar-besaran di Indonesia baru-baru ini untuk membeli jet tempur Barat, terutama pesawat tempur F-15 buatan AS, tampaknya telah mengurangi minat Indonesia terhadap jet tempur siluman KF-21 Korea Selatan," begitu dugaan di media Eurasian Times.

Soal Pengadaan F-15EX

Soal pengadaan F-15EX, saat ini Kementerian Pertahanan sudah menandatangani nota kesepahaman untuk akuisisi 24 unit F-15EX. Walau begitu, kontrak aktif belum berjalan.

Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam kunjungannya ke markas Boeing, Missouri, AS pada Agustus 2023 lalu.




(fay/fay)