Jualan Online di TikTok, Bukan Hanya Iklan Tapi Juga Konten Hiburan
Hide Ads

Jualan Online di TikTok, Bukan Hanya Iklan Tapi Juga Konten Hiburan

Argya D. Maheswara - detikInet
Rabu, 31 Jan 2024 19:15 WIB
ilustrasi aplikasi TikTok
Aplikasi TikTok. Foto: Unsplash/@solenfeyissa
Jakarta -

Aktivitas usaha yang dibantu platform media sosial seperti TikTok tak hanya memerlukan iklan untuk mempromosikan sebuah produk. Beberapa konten seperti konten hiburan juga diperlukan dalam proses memperkenalkan produk.

Hal ini disampaikan oleh Hikma Sukawatin, Founder Heylook yang merupakan brand tas lokal. Menurutnya, saat ini konsumen sudah jenuh jika brand hanya menyajikan konten iklan. Maka dari itu, ia juga berinovasi dalam Heylook untuk membuat konten informatif mengenai produk melainkan juga membuat konten hiburan yang dapat dikaitkan dengan produk.

"Masyarakat Indonesia sudah sering buka sosial media, hiburannya, kita hadirkan konten yang bukan cuka informasi tapi juga hiburan, konsumen sudah jenuh melihat konten yang isinya iklan," ungkap Hikma dalam TikTok Media Luncheon bertemakan 'Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce' di Menteng, Jakarta, Kamis (30/01/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sitaresti Astarini, Head of Marketing Business TikTok Indonesia juga mengatakan bahwa kunci dari konten brand yang ada di TikTok saat ini adalah konten yang informatif dan menghibur.

"Yang paling penting itu kalo orang ngejual bukan hanya promo tapi kontennya yang disajikan apa, karena kan konsumen ada prosesnya dulu dari menemukan sebuah barang sampai mempertimbangkan untuk membelinya. Jadi brand bukan hanya bikin konten harus beli besok, itu ga bisa, jadi hadirnya harus diseluruh fase. Jadi harus informatif dan entertaining (menghibur)," ungkap Sitaresti kepada detikINET.

ADVERTISEMENT

Ia juga berharap agar para brand selalu mendengarkan masukan dari audiens dan selalu memperdulikan apa yang dibutuhkan audiens sebagai calon konsumen. Dalam hal ini TikTok juga memiliki Community Guidlines yang menjelaskan ekspektasi komunitas yang ada di TikTok terhadap suatu kebutuhan.

"Maka dari itu kita memiliki Community Guidelines yang selalu diperbarui, itu merupakan petunjuk arah komunitas kita itu ekspektasinya seperti apa sih, apa yang aman untuk brand lakukan, live shoping itu yang bagus seperti apa sih," tambahnya

Atensi Terhadap Kesan Konsumen Juga Penting

Selain konten yang menghibur, Hikma juga menerangkan bahwa dalam memasarkan produk saat ini, brand perlu memperhatikan kesan konsumen terhadap produk. Nantinya, hal tersebut juga dapat menjadi konten yang membuat calon konsumen memiliki intuisi untuk membeli produk tersebut.

"Sebetulnya kita manfaatkan semua tren, kita tahu sekarang ada pergeseran konsumen, dari belanja berdasarkan impulsif sekarang jadi intuitif. Maka dari itu yang dilihat dari konsumen itu pengalamannya, experience dia sama product," tambahnya.

Pengalaman yang sama juga dirasakan oleh Ardian Faisal Akbar, Founder dan CEO Kelaya yang merupakan produk perawatan rambut. Ia juga merasakan pergeseran konsumen yang semakin intuitif.

Maka dari itu, ia selalu berupaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produknya agar selalu mendapat komentar dan testimoni yang baik dari para konsumen di kolom komentar TikTok Kelaya.

"Trennya berubah, orang tidak impulsive tapi lebih intuitif, sekarang lihat dulu di kolom komentar, kita bener-bener jaga gimana ketika orang cek review kita, cek komen itu selalu positif, edukasi juga (lewat konten)," ungkap Faisal.

Dalam membuat konten mengenai produknya di TikTok, ia juga menghadirkan konten edukasi yang melibatkan para ahli di bidang rambut. Hal ini ia lakukan untuk menaikkan rasa percaya konsumen terhadap produknya.

"Kita juga menggandeng creator-creator untuk membangun edukasi customer biar customer paham tentang kesehatan rambut, kita menggandeng expertnya, dokter kulit rambut, untuk bikin konten edukasi. Trust orang-orang juga naik karena kita gandeng expert," tambahnya.




(fyk/fay)