Berubahnya gaya konsumen menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha. TikTok melihat konsumen lebih tertarik dengan konten menarik tentang sebuah brand.
Hal ini diungkapkan oleh Sitaresti Astarini, Head of Marketing Business TikTok Indonesia yang mengatakan bahwa konsumen saat ini lebih mempertimbangkan intuisi yang tumbuh setelah mereka melihat konten menarik di media sosial khususnya TikTok.
"Mereka punya ketertarikan dari konten yang mereka lihat di platform, itulah intuisi mereka setelah perjalanan melihat konten tadi," ungkap Sitaresti dalam TikTok Media Luncheon bertemakan 'Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce' di Menteng, Jakarta, Kamis (30/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TikTok merilis hasil riset dengan tajuk 'Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce' yang merupakan riset TikTok tentang gaya konsumsi baru yang dilakukan dengan responden di Asia-Pasifik.
Hasilnya, ada tiga gaya konsumsi baru yaitu konsumen yang lebih mementingkan intuisi dibandingkan sikap impulsif saat membeli produk. Kedua, konsumen ingin proses pencarian barang sampai pembelian dapat dilakukan dalam satu platform. Ketiga, pentingnya komunitas dengan konten yang memberi pengaruh terhadap pembelian produk.
Selain adanya konten menarik mengenai sebuah produk, keberadaan fitur live shop yang ada di beberapa platform termasuk TikTok juga sangat berdampak terhadap penjualan brand. Dengan begitu, konsumen menjadi lebih mudah berinteraksi dengan pelaku usaha.
"Magnetnya itu konten, sajikan konten yang informatif, pastikan proses untuk membeli itu lebih gampang, sekarang ada live shoping jadi orang bisa bertanya dan dijawab secara real-time," tambahnya.
Soal pengaruh komunitas, Sitaresti juga menjelaskan bahwa hal tersebut dipengaruhi budaya masyarakat yang kerap kali membagikan pengalaman tentang sebuah produk saat merasa produk tersebut bagus.
"Konsumen Indonesia juga sangat ter-influence oleh komunitas terutama di dalam TikTok, itu semua karena motivasi sosial, budayanya gotong royong, baru beli barang share," jelasnya.
Ia juga menuturkan bahwa brand harus merangkul berbagai komunitas yang ada. Hal itu karena sebuah produk dapat berkembang lewat konten yang nantinya dihasilkan komunitas tersebut.
"Lalu brand juga harus engaged komunitas yang ada, jangan malu dan takut untuk menjangkau komunitas tersebut agar meng-influence orang lalu bisa beli," pungkasnya.
(fay/fay)