Kemampuan Rudal Tomahawk yang Dipakai AS Bombardir Yaman
Hide Ads

Kemampuan Rudal Tomahawk yang Dipakai AS Bombardir Yaman

Tim - detikInet
Jumat, 12 Jan 2024 14:14 WIB
Tomahawk
Rudal Tomahawk. Foto: Getty Images
Jakarta -

Amerika Serikat dan Inggris menggelar serangkaian serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman sebagai pembalasan atas serangan terhadap kapal komersial di Timur Tengah selama hampir tiga bulan. Persenjataan canggih pun dikerahkan termasuk rudal Tomahawk.

Menurut sumber pejabat, serangan datang dari udara, permukaan dan bawah permukaan laut. Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa AS dan sekutunya tak mentolerir serangan tanpa henti yang dilakukan Houthi di Laut Merah. Houthi sendiri membela pejuang Hamas melawan Israel.

"Serangan ini merupakan respons langsung terhadap serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kalinya dalam sejarah," kata Biden yang dikutip detikINET dari Associated Press.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pesawat tempur serang Angkatan Udara AS yang berasal dari pangkalan di Timur Tengah dan Super Hornet dari USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) terlibat. AS juga meluncurkan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal-kapal di Laut Merah dan setidaknya satu kapal selam.

Pejabat AS tidak mengidentifikasi kapal selam tersebut, namun kapal selam berpeluru kendali kelas Ohio USS Florida (SSGN-728) memasuki Laut Merah pada bulan November. Florida dapat membawa hingga 154 rudal Tomahawk.

ADVERTISEMENT

Adapun Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan di situs media sosial X bahwa empat jet tempur Royal Air Force Typhoon FGR4 melakukan serangan presisi terhadap dua sasaran militer Houthi.

Salah satu sasarannya berada di Bani, yang terletak di barat laut Yaman, yang digunakan Houthi untuk meluncurkan drone penyerang dan pengintaian. Pesawat itu menargetkan sejumlah bangunan di lokasi tersebut.

Situs lainnya adalah lapangan terbang di Abbs, Yaman. Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa Houthi telah menggunakan lapangan terbang tersebut untuk meluncurkan rudal jelajah dan drone. AS dan Inggris didukung oleh Australia, Bahrain, Kanada dan Belanda.

Kemampuan Rudal Tomahawk

Tomahawk, peluru kendali strategis terbang rendah buatan perusahaan Raytheon, dapat diluncurkan dari kapal angkatan laut atau kapal selam untuk menyerang sasaran di darat.

Rudal ini terbang di ketinggian rendah untuk menyerang sasaran tetap, seperti lokasi komunikasi dan pertahanan udara, di lingkungan berisiko tinggi di mana pesawat berawak mungkin rentan terhadap rudal permukaan ke udara.

Tomahawk adalah senjata jarak jauh tanpa awak sepanjang 5,6 meter dan memiliki jangkauan hingga sekitar 2.400 km. Ia dapat melaju secepat 885 km per jam.

Tomahawk diluncurkan secara vertikal dari kapal, dapat pula diluncurkan secara horizontal dari tabung torpedo pada kapal selam penyerang atau dari peluncur eksternal yang terpasang pada lambung kapal selam.

Rudal ini ditenagai oleh propelan padat selama fase peluncurannya. Setelah itu ditenagai oleh mesin turbofan yang tidak mengeluarkan banyak panas sehingga menyulitkan pendeteksian infra merah. Ia juga dapat menghindari deteksi radar karena beroperasi pada ketinggian rendah.

Setelah mencapai daratan, Tomahawk menggunakan panduan radar inersia dan pencocokan kontur medan (TERCOM), di mana peta yang disimpan di komputer rudal terus dibandingkan dengan medan sebenarnya untuk menemukan target. Saat TERCOM memindai lanskap, rudal Tomahawk mampu berputar seperti pesawat tempur yang menghindari radar, melintasi lanskap pada ketinggian hanya 30-90 meter.

Rudal Tomahawk pertama kali digunakan pada tahun 1991 selama Perang Teluk Persia sebagai bagian dari Operasi Badai Gurun. Saat itu, rudal ini menghancurkan sasaran seperti lokasi rudal permukaan ke udara, pusat komando dan kendali, istana kepresidenan Irak di Bagdad, dan pembangkit listrik.




(fyk/fay)