Israel Rekrut Hacker Muslim untuk Perang Cyber Lawan Hamas
Hide Ads

Israel Rekrut Hacker Muslim untuk Perang Cyber Lawan Hamas

Adi Fida Rahman - detikInet
Rabu, 20 Des 2023 09:17 WIB
Spyware
Israel Rekrut Hacker Muslim untuk Perang Cyber Lawan Hamas Foto: dok ITPro
Jakarta -

Israel mengklaim telah merekrut sejumlah hacker Muslim untuk membantu mereka melawan Hamas dalam perang siber. Hal tersebut terungkap dari interview petinggi perusahaan cyber Israel.

Sejak konflik antara Israel dan Hamas memanas sejak awal Oktober 2023, pertempuran tidak hanya terjadi di medan perang konvensional, tetapi juga di dunia maya. Israel telah mengalami peningkatan serangan siber sebesar 55% terhadap situs web pemerintah dan keamanan sejak pecahnya perang.

Adalah Doron Amir, CEO CyTaka yang memimpin upaya melawan sistem cyber musuh. Dia tidak hanya mendukung pertahanan siber namun juga kemampuan mencegah dan melawan ancaman dari dunia maya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancara Amir mengaku secara aktif mempromosikan kolaborasi antara Israel dan peretas dari negara-negara muslim dan Arab. Bahkan mereka beroperasi dari kantor di Dubai berkolaborasi dengan Globus Research and Development.

Bicara soal kemajuan Israel dalam operasi siber ofensif, Amir menunjukkan bahwa meskipun negara ini memiliki pemimpin-pemimpin berbakat di bidangnya, kemenangan strategis tidak dapat dijamin hanya dengan keahlian taktis saja.

ADVERTISEMENT

Mirip dengan Perang Dunia II, ia menjelaskan bahwa, meskipun memiliki keterampilan dan peralatan yang unggul, pilot Jerman akhirnya kalah perang. Dalam perang dunia maya, seorang peretas yang brilian dapat menciptakan kekacauan namun tidak menjamin kesuksesan jangka panjang.

"Pendekatan komprehensif yang menumbuhkan lebih banyak profesional siber yang terampil sangat penting untuk meraih kemenangan," ujarnya dilansir dari Jpost.

Amir menyoroti tahun 2015 sebagai tonggak penting bagi operasi siber ofensif di Israel. Sebelumnya, arena siber sebagian besar dikelola oleh IDF dan pasukan keamanan, sehingga mengabaikan sektor sipil. Hal ini menciptakan kekosongan yang memungkinkan peretas berkembang, sehingga menyebabkan kekacauan dunia maya yang menyerupai Wild West.

Namun, dengan dibentuknya Direktorat Siber Nasional pada tahun 2015, fokusnya beralih ke perlindungan ruang siber sipil. Sistem ini beroperasi sepanjang waktu, berkolaborasi dengan perusahaan swasta dan pakar keamanan untuk mendeteksi, mengelola, dan merespons ancaman dunia maya.

Dengan mencegat dan memblokir jutaan serangan, Israel telah mengembangkan "Iron Dome" digital untuk melindungi dari ancaman dunia maya.

Selama perang saat ini, Amir telah mempelopori pembentukan jaringan peretas dari seluruh dunia, termasuk Muslim, untuk melawan aktivitas anti-Israel. Upaya mereka menargetkan distribusi disinformasi, perang psikologis, dan operasi siber ofensif yang mendanai organisasi teroris.

Amir mengaku dapat dukungan dan bantuan yang belum pernah ia terima dari tokoh-tokoh senior di industri siber global, bahkan dari negara-negara yang melarang hubungan apa pun dengan Israel. Kolaborasi yang tidak terduga ini menunjukkan kepentingan bersama dalam memerangi terorisme siber.

Amir menegaskan, perlawanan terhadap Hamas atau ISIS tidak hanya terbatas pada warga Israel saja, namun meluas kepada siapapun yang berwawasan kemanusiaan.

Karena undang-undang Israel melarang perusahaan siber swasta untuk menyerang sistem siber internasional, Amir memanfaatkan peretas asing yang beroperasi dalam kerangka hukum. Kolaborasi ini memungkinkan tindakan yang ditargetkan terhadap penyerang dunia maya yang menyerang Israel.

"Dengan mengidentifikasi dan menetralisir jaringan peretas, kerugian ekonomi akibat serangan dapat dikurangi," kata Amir.

Meskipun terdapat keraguan dari rekan-rekan industri, Amir menganjurkan peraturan operasi siber yang bersifat ofensif bagi perusahaan swasta dan individu. Dia membayangkan izin serupa dengan yang diperlukan untuk senjata atau pendirian perusahaan keamanan siber.

"Mengizinkan orang untuk terlibat dalam operasi siber yang ofensif, disertai pengawasan dan akuntabilitas yang tepat, akan menciptakan efek jera terhadap serangan siber," ujar Amir.

Kendati mengakui peraturan darurat dunia maya yang baru-baru ini disetujui oleh pemerintah sebagai langkah positif, Amir menegaskan perlunya kebebasan bertindak yang lebih besar untuk menyelidiki dan merespons secara ofensif.

Ia juga menyoroti tanggung jawab penyedia internet dan komunikasi untuk memastikan integritas dan perlindungan infrastruktur mereka guna mengurangi serangan siber.



Simak Video "Video: Momen Warga Palestina Serbu Bantuan di Tengah Deru Peluru"
[Gambas:Video 20detik]