CEO Epic Games Tim Sweeney menyebut Google sebagai perusahaan penipu yang tak punya etika, dan seringkali menggunakan cara ilegal untuk melindungi sistem pembayaran di Play Store.
Hal ini dikatakan Sweeney dalam persidangan antimonopoli terhadap Google. Kasus ini berpusat pada tudingan Epic soal monopoli Google terhadap distribusi aplikasi Android, yang menurut mereka melanggar hukum antimonopoli di Amerika Serikat, yaitu dengan menetapkan pajak sangat tinggi untuk pembelian yang dilakukan lewat Play Store.
Dalam persidangan, pengacara Google Jonathan Kravis menepis tudingan monopoli dalam sistem pembayaran Play Store. Ia pun menyebut Epic sebagai perusahaan yang rakus karena mau melewati sistem komisi yang sudah ada untuk meningkatkan keuntungan perusahaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Epic memang menghindari "pajak" Google dengan mendistribusikan game Fortnite di situsnya sendiri pada 2018, demikian dikutip detiKINET dari Techspot, Kamis (23/11/2023).
Google tak suka dengan langkah Epic yang tak mau merilis Fornite di Play Store, dan menawarkan perjanjian khusus ke Epic, termasuk tawaran senilai USD 147 juta, yang membuat Epic tak bisa berkompetisi dengan Google.
Tawaran tersebut awalnya ditolak oleh Epic, namun pada akhirnya Epic menyerah dan mendistribusikan Fornite lewat Play Store pada 2020. Namun umur Fortnite di Play Store tak panjang, karena tak lama kemudian Google dan Apple memblokir Fortnite karena menawarkan mekanisme pembayaran alternatif, untuk mengakali sistem komisi Google dan Apple.
Lalu Epic mendaftarkan gugatan antimonopoli terhadap Apple dan Google, yang menyebut sistem pembayaran keduanya bersifat monopoli dan menjadi ancaman besar untuk para developer.
(asj/asj)