Pemenang Nobel: Kita Hidup di Dunia yang Berbahaya
Hide Ads

Pemenang Nobel: Kita Hidup di Dunia yang Berbahaya

Khalisa Fitri - detikInet
Selasa, 22 Agu 2023 19:30 WIB
Young woman holding a globe with a face mask on it - Conceptual Coronavirus Covid-19 virus pandemic - Heart shape is drawn on the mask.
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Getty Images/iStockphoto/FilippoBacci
Jakarta - Dalam beberapa tahun belakangan, manusia telah hidup di bawah berbagai krisis. Kita sebut saja pandemi, perang di Ukraina, krisis energi dan bencana perubahan iklim. Belum lagi ada teknologi kecerdasan buatan atau AI yang saat ini menjadi ancaman masa mendatang yang berpotensi tak terkontrol.

"Kita hidup di dalam masyarakat yang semakin rumit yang sangat bergantung kepada sains dan teknologi yang kebanyakan orang normal tidak sepenuhnya mengerti, bahkan ilmuwan sekalipun seperti saya tidak sepenuhnya mengerti," kata Paul Nurse, ilmuwan pemenang Nobel.

"Dan ini adalah formula yang sangat berbahaya bagi penyebaran mitos dan kebohongan. Dan ini semua bisa diperkuat menggunakan media sosial," tambahnya seperti dikutip detikINET dari Newsweek.

Nurse yang saat ini duta pendidikan dan sains internasional untuk platform penggalangan dana United24 yang dipimpin pemerintah Ukraina, menekankan pentingnya pendidikan dan kolaborasi di dalam memerangi informasi salah yang cepat menyebar.

"Saya berani mengatakan bahwa salah satu dari tantangan terbesar untuk demokrasi yang sukses di dekade akan datang adalah kemampuan masyarakat untuk memiliki perbincangan dewasa tentang isu kompleks ini, yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan sains. Semua ini harus diselesaikan oleh masyarakat dan politikus," lanjutnya.

Kabar baiknya, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bahwa di bawah kondisi darurat seperti pandemi Corona, bukan suatu hal yang mustahil bagi masyarakat untuk bekerja dan maju bersama.

"Lihatlah COVID. Lihat bagaimana seketika kita bisa memproduksi vaksin hanya dalam waktu hitungan bulan daripada tahun. Seketika, kita bisa mengembangkan pembinaan dan cara baru terhadap tes hanya hitungan minggu daripada bulan. Jadi di bawah krisis, kalian akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut yang sudah menjadi penting secara politik," jelasnya.

"Di saat kalian berada di dalam krisis, beberapa hal terjadi," ia melanjutkan. "Pertama, politikus mulai bangkit dan memberikan perhatian kepada krisis yang ada. Kedua, karena krisis tersebut begitu penting, sumber daya pun diadakan sekaligus diinvestasikan. Di saat kalian melakukan itu, di saat kekuatan politik, di mana di demokrasi mencerminkan kepentingan rakyat, diaktifkan, mereka memeluk krisis ini. Dan sains pun dikerahkan."

Namun, saat ancaman sosial tak begitu terlihat, perasaan urgensi menghilang. "Politikus bisa belajar dari (usaha yang kita lihat selama pandemi COVID), bahwa mereka juga bisa memberi solusi besar bagi suatu permasalahan di luar waktu krisis karena nyatanya, kita tak pernah hidup di luar itu, mengingat perubahan iklim dan potensi dari pandemi di masa depan," ujar Nurse.

*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(fyk/fyk)