Militer Jepang tengah menjajal layanan internet satelit Starlink milik Elon Musk, dan berencana mengadopsi teknologi tersebut pada tahun fiskal mendatang.
Dilansir Reuters, kabar ini berasal dari sumber di pemerintahan Jepang yang tak disebut namanya. Sebenarnya saat ini Kementerian Pertahanan Jepang sudah punya akses ke satelit komunikasi yang sudah berada di orbit geostasionernya. Namun dengan tambahan teknologi Starlink yang dioperasikan SpaceX, mereka akan mempunyai tambahan konstelasi satelit di low earth orbit.
Langkah semacam ini sebenarnya sudah dilirik oleh banyak negara lain. Yaitu berusaha membuat ketahanan atas risiko disrupsi komunikasi, yang mungkin bisa terjadi jika ada serangan terhadap satelit saat terjadi konflik.
Pasukan Bela Diri Jepang (Japan Self Defense Force/JSDF) sudah menguji Starlink sejak Maret lalu, di mana sistemnya sudah dipasang di 10 lokasi dan di tempat pelatihan. Pihak Kementerian Pertahanan Jepang belum mengeluarkan komentarnya soal hal ini.
Starlink adalah layanan internet yang sudah teruji di medan perang. Pasalnya layanan tersebut hingga saat ini sudah digelar di Ukraina, yang masih menghadapi invasi Rusia. Rusia pun berusaha keras untuk memblokir kehadiran Starlink di negara tersebut.
Starlink sampai saat ini masih terus meluncurkan satelit baru. Termasuk pada tanggal 10 dan 14 Juni lalu, yang membuat peluncuran satelit Satria-1 sempat tertunda. Network of Director Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Heru Dwikartono menuturkan perubahan jadwal peluncuran satelit Satria-1 saat ditemui awak media di Orlando, Amerika Serikat, Kamis (15/6/2023).
"Karena SpaceX itu sudah punya jadwal peluncuran. Kebetulan jadwal peluncuran (satelit Satria-1) kemarin itu tanggal 17 Juni. Nah, sempat bergeser bahwa untuk Satria-1 ini ke tanggal 18 Juni," kata Heru.
Simak Video "Video Satelit Internet "Kuiper" Milik Amazon Meluncur Jadi Pesaing Starlink"
(asj/asj)