"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian bunyi informasi dari halaman IQAir.
Suga batuk-batuk saat konser di ICE BSD. Netizen banyak yang mengaitkannya sebagai efek dari polusi udara. Mereka pun menuliskan rasa kekhawatiran mereka di media sosial.
"Yoongi, percayalah aku rasa yang harus kamu tau adalah kamu batuk batuk karena Polusi, debu di Jakarta. Mohon maaf ya Yoongi wkwkwk," ujar @retisal***ega, salah satunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waduh, memang separah apa sih polusi udara kita? Ternyata Jakarta dan Tangerang memang lagi kurang baik nih kualitas udaranya, detikers.
Per 27 Mei pukul 12.00, Tangerang Selatan menempati posisi pertama kota dengan kualitas udara yang tidak baik. Air quality index (AQI) Tangsel berada di level 184. Sementara Tangerang Kota berada di posisi ke-4 dengan AQI 159. Jakarta ada di bawahnya, dengan AQI 156.
Sementara untuk Tangerang Selatan, konsentrasi PM2.5 saat ini 24 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) partikulat (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Nilai Ambang Batas (NAB) adalah Batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM2.5 = 65 µgram/m3.
Itu artinya, AQI Jakarta dan Tangerang termasuk golongan tidak sehat. Untuk memiliki kualitas udara yang baik, AQI normal berada di angka 0-50. Ini jauh banget ya, detikers.
Masih per 27 Mei pukul 12.58, Beijing, China, menempati posisi pertama kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. AQI-nya berada di angka 159. Terpaut tiga poin, Jakarta ada di bawahnya. Disusul Baghdad, Irak, dengan indeks 153.
Waduh, harus mulai bebenah nih agar Jakarta dan kota lainnya di Indonesia bisa memiliki kualitas udara yang baik!
(ask/afr)