Setelah menyusun rancangan undang-undang untuk memblokir total TikTok, pemerintah Amerika Serikat kembali mengincar dua aplikasi populer asal China. Dua aplikasi itu adalah Shein, platform fast fashion, dan Temu, aplikasi belanja online.
US - China Economic and Security Review Commission (USCC), yang dibentuk Kongres AS pada tahun 2000, merilis laporan yang menuduh dua aplikasi tersebut dan platform serupa asal China lainnya atas kemungkinan risiko kebocoran data.
Laporan USCC lebih fokus kepada Shein, platform belanja fashion yang didirikan di China dan kini bermarkas di Singapura. Menurut laporan tersebut, aplikasi Shein meminta pengguna untuk membagikan data dan aktivitas mereka dari aplikasi lain, termasuk media sosial, untuk mendapatkan diskon dan penawaran spesial lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shein juga disebut kesulitan melindungi data pengguna, setelah perusahaan induknya Zoetop tahun lalu dijatuhi denda sebesar USD 1,9 juta oleh negara bagian New York karena salah menangani kartu kredit dan informasi pribadi lainnya.
Selain Shein, USCC juga menaruh fokusnya pada Temu. Aplikasi belanja online ini dimiliki oleh PDD Holdings, operator platform e-commerce Pinduoduo yang sangat populer di China. Pinduoduo sendiri belum lama ini ditangguhkan oleh Google Play Store karena masalah malware dan keamanan data.
"Seperti Shein, kesuksesan Temu menimbulkan kekhawatiran tentang praktek bisnisnya. Minimnya afiliasi Temu dengan brand mapan telah menimbulkan kekhawatiran akan kualitas produk serta tuduhan pelanggaran hak cipta," kata USCC dalam laporannya, seperti dikutip dari South China Morning Post, Senin (17/4/2023).
Shein dan Temu merupakan dua aplikasi China yang sedang naik daun di Amerika Serikat. Shein menguasai 50% penjualan fast fashion di Amerika Serikat, mengalahkan brand ternama seperti H&M dan Zara.
Sedangkan Temu mengalami lonjakan download hingga 45% dan pertumbuhan pengguna aktif harian sebesar 20% saat platform belanja online itu memasang iklan saat event Super Bowl.
(vmp/fyk)