Pembuat ChatGPT Samakan AI dengan Proyek Bom Nuklir
Hide Ads

Pembuat ChatGPT Samakan AI dengan Proyek Bom Nuklir

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 06 Apr 2023 12:45 WIB
Sam Altman
Pembuat ChatGPT Samakan AI dengan Proyek Bom Nuklir. Foto: Getty Images
Jakarta -

ChatGPT melesat sebagai program kecerdasan buatan yang sangat populer. Sam Altman, CEO OpenAI yang adalah pembuat ChatGPT, bahkan dilaporkan pernah membandingkan ambisi AI perusahaannya dengan proyek bom nuklir Manhattan Project.

Manhattan Project sendiri adalah program bom nuklir Amerika Serikat di zaman Perang Dunia II, untuk mengembangkan bom dahsyat pertama di dunia itu. Nah, Altman kabarnya pernah menyinggung soal proyek ini di tahun 2019 saat bertemu dengan pihak New York Times untuk membicarakan kebaikan dan keburukan teknologi AI.

Altman mengatakan upaya historis untuk membuat bom atom skalanya sama dengan level ambisi OpenAI untuk membuat kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Pertemuan dengan New York Times itu terjadi setelah OpenAI diguyur investasi senilai USD 1 miliar oleh Microsoft.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku mau berterus terang. Apakah aku melakukan sesuatu yang baik atau sesuatu yang sungguh buruk?" kata Altman kala itu, seperti dikutip detikINET dari New York Post.

Ia menyinggung tentang potensi kemunculan kecerdasan buatan umum atau AGI (artifical general intelligence) yang punya kecerdasan sama dengan otak manusia. Kemudian ia juga mengakui bahwa AI bisa mengurangi lapangan kerja, memicu hoax dan bahaya lainnya.

ADVERTISEMENT

Jadi bisa dikatakan AI merupakan teknologi kontroversial dengan pro kontra yang mengiringinya. Akan tetapi Altman maju terus dengan mengutip pemimpin Project Manhattan, yaitu Robert Oppenheimer. "Teknologi terjadi karena hal itu mungkin," kata Altman.

Bahaya AI sendiri membuat cemas beberapa pentolan teknologi. Baru-baru ini, Elon Musk dan tokoh lainnya meminta model AI yang lebih canggih dibanding GPT-4 itu pelatihannya ditunda selama enam bulan. Alasannya? Berpotensi bahaya untuk manusia dan masyarakat.

Surat terbuka itu dibuat oleh lembaga non profit Future of Life Institute, dan ditandatangani oleh lebih dari 1000 orang, termasuk Musk, pendiri Apple Steve Wozniak, CEO Stability AI Emad Mostaque, peneliti DeepMind milik Alphabet, penulis Yuval Noah Harari serta pakar AI Yoshua Bengio dan Stuart Russel.




(fyk/fay)