Subkultur Shamate, 'Jamet' Paling Dibenci di China

Subkultur Shamate, 'Jamet' Paling Dibenci di China

ADVERTISEMENT

Subkultur Shamate, 'Jamet' Paling Dibenci di China

Aisyah Kamaliah - detikInet
Rabu, 14 Des 2022 16:15 WIB
Shamate adalah subkultur yang katanya paling dibenci di China. Apa itu Shamate dan bagaimana sejarah terbentuknya?
Shamate adalah subkultur yang katanya paling dibenci di China. Foto: via Radii
Jakarta -

Bicara soal budaya, ada begitu banyak subkultur seperti Jamet di berbagai negara. Jika kita sudah pernah membahas soal La Sape di Afrika, kini kita beralih daerah China.

Di China, ada subkultur yang disebut dengan Shamate. Shamate dikenal dengan penampilannya yang nyentrik, dengan rambut yang lancip ke atas, mengembang dan disertai warna rambut yang menyala.

Melansir Buzz Feed, Shamate diambil dari kata serapan Inggris 'smart' yang berarti 'pintar'. Pendiri Shamate dipercaya adalah pria bernama Luo Fuxing. Sementara untuk cara berpakaian, Shamate memiliki berbagai cara untuk berdandan. Penampilan mereka bisa bertema gothic, glam rock sekaligus mengadopsi unsur anime.

Asal muasal Shamate

Soal pekerjaan, sebenarnya Shamate memiliki beragam latar belakang mengenai mata pencaharian anggotanya. Namun, kebanyakan dari mereka adalah pekerja pabrik.

Nah, kerja pabrik yang keras dan menyita banyak waktu membuat pekerja pabrik mulai kekurangan sumber hiburan. Dari sana mereka menyadari, dengan melakukan penataan rambut, itu bisa membuat mereka lebih percaya diri. Dari sini lah subkultur Shamate mulai berkembang dan meluas.

Shamate dibenci di China

Anggota Shamate memiliki berbagai cara untuk tetap terhubung. Untuk jejaring online, Shamate memiliki forum tersendiri. Sedangkan untuk perkumpulan offline, biasanya diadakan tiap akhir pekan (Minggu) dengan berkumpul di taman dengan tatanan rambut yang nyentrik.

Meski hanya ingin mengekspresikan diri dan eksis, Shamate nyatanya tidak disukai di China. Beberapa media di China dan luar menuliskan mereka sebagai 'orang-orang yang putus sekolah' tanpa memandang kemampuan mereka yang sebenarnya cukup tajam dalam dunia fashion.

Lebih lanjut, karena kebanyakan dari mereka berasal dari pedesaan, banyak yang mencemooh para Shamate karena aksen mereka. Ledekan ini kemudian merembet ke cara berpakaian, selera musik mereka hingga ke urusan gaya joget mereka.

Pun, pada kenyataannya, Shamate adalah sekumpulan orang yang hanya ingin mengekspresikan diri dan mengumpulkan orang senasib sepenanggungan. Sampai akhirnya, diskriminasi yang dialami anggota Shamate di China membuat beberapa orang berhenti menjadi Shamate. Sebagian yang lainnya tetap berusaha melestarikan subkultur Shamate bersama anggota lain yang sudah mereka anggap sebagai saudara sendiri.

Bagaimana kalau menurut kalian soal Shamate? Tuliskan pendapatmu di kolom komentar, ya.



Simak Video "Kesedihan Netizen Gegara Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Pildun U-20"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/ask)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT