Memasuki babak baru di meja hijau, tim pengacara Elon Musk meminta Twitter memberikan nama-nama karyawan yang bertugas menghitung jumlah akun bot dan spam.
Akun bot dan spam memang menjadi masalah utama dalam kasus hukum antara Musk dan Twitter, dan persidangan ini akan menentukan apakah Musk tetap harus membeli Twitter senilai USD 44 miliar.
Seperti diketahui, Musk membatalkan akuisisi ini karena menganggap Twitter menyembunyikan jumlah akun bot di platform-nya yang sebenarnya. Twitter kemudian menggugat Musk untuk memaksanya melanjutkan akuisisi.
Twitter dan Musk sedang dalam tahap pengumpulan fakta dan bersiap untuk menghadapi sidang yang akan dimulai pada 17 Oktober di Delaware, Amerika Serikat. Kedua pihak telah mengeluarkan surat panggilan pengadilan kepada bank dan penasihat untuk mengumpulkan bukti.
Salah satu yang turut dipanggil dalam proses ini adalah 'custodians' atau orang-orang yang berkuasa atas informasi yang relevan.
Dalam surat yang diajukan ke pengadilan, pengacara Musk meminta hakim yang mengawasi kasus tersebut untuk meminta Twitter menyerahkan nama-nama karyawan yang menghitung jumlah akun bot agar tim pengacara Musk bisa menanyai mereka, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/8/2022).
Twitter sebelumnya mengatakan mereka telah menyetujui permintaan Musk untuk membagikan informasi yang relevan untuk menyelesaikan akuisisi, termasuk data internal perusahaan terkait akun pengguna. Raksasa media sosial ini juga bersikukuh bahwa jumlah akun bot di platform mereka kurang dari 5%.
Sementara itu tim Musk menuduh Twitter melakukan penipuan dan menyembunyikan persentase akun bot yang sebenarnya. Tim Musk mengklaim bahwa 10% dari total pengguna aktif harian Twitter adalah akun palsu menurut hasil analisis menggunakan tool bernama Botometer.
Simak Video "Video: X Milik Elon Musk Gugat Pemerintah India soal Aturan Sensor"
(vmp/fay)