Disney baru mengungkap kalau layanan streaming Disney+ dan produk di bawah naungannya punya jumlah konsumen mencapai 221 juta, alias sudah menyalip Netflix. Lalu mereka pun berencana menaikkan tarif langganannya.
Disney bakal menaikkan tarif langganan bulannya sebesar 38% untuk skema tanpa iklan, yaitu menjadi USD 10,99 untuk di Amerika Serikat pada Desember mendatang, bersamaan dengan penerapan opsi langganan baru, yaitu langganan berbayar dengan tarif yang saat ini namun diwarnai oleh iklan.
Dampak dari pengumuman ini cukup signifikan, yaitu saham Disney melesat 6,9% menjadi USD 120,15 pada penutupan pasar saham di hari yang sama setelah pengumuman, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (12/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disney sendiri baru merambah layanan streaming video pada 2017 untuk menantang Netflix yang lebih dulu ada. Salah satu strategi mereka untuk bersaing dengan Netflix adalah tarif langganan yang jauh lebih murah. Kini, lima tahun kemudian, jumlah konsumen Disney sudah menyalip Netflix.
Perlu diingat, jumlah pelanggan yang mencapai 221,1 juta pada akhir Juni ini adalah gabungan dari pelanggan Disney+, Hulu, dan ESPN+ (dua yang disebut belakangan hanya tersedia di beberapa negara, utamanya Amerika Serikat).
"Disney mendapat tambahan market share saat Netflix berjuang untuk menambah jumlah pelanggan. Disney masih punya ruang untuk tumbuh di pasar internasional di mana mereka juga menyediakan layanan tersebut dengan cepat dan juga menambah jumlah konsumennya," jelas Haris Anwar, analis dari Investing.com.
Disney sendiri memprediksi Disney+ akan mempunyai jumlah pelanggan antara 215 juta sampai 245 juta pada akhir September 2024. Prediksi itu lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya, di mana mereka memperkirakan akan punya pelanggan antara 230 juta sampai 260 juta.
Penyesuaian itu dilakukan setelah rencana mereka di India terganggu, akibat gagal mendapat hak siar untuk pertandingan kriket Indian Premier League. CFO Disney Christine McCarthy memperkirakan Disney+ Hotstar akan bertambah sekitar 80 juta pada September 2024.
Meski jumlah pelanggannya terus bertambah, mereka masih berjuang untuk menghasilkan keuntungan dari bisnis streaming ini. Pada kuartal terakhir, McCarthy mengaku divisi streaming itu merugi USD 1,1 miliar.
(asj/asj)