Co-founder dan mantan CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan Musk merupakan solusi tunggal yang ia percaya. Tapi kebanyakan karyawan Twitter tidak memiliki keyakinan sebesar Dorsey terhadap Musk.
Seperti Ned Miles, karyawan Twitter yang berkantor di London, Inggris. Dalam cuitannya di Twitter, Miles mengatakan hari Senin kemarin merupakan 'hari yang sangat normal bekerja di perusahaan yang sangat normal ini'.
"Bisakah seseorang memberi tahu saya apakah saya kaya raya atau dipecat?" kata Miles dalam cuitan terpisah, seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/4/2022).
Begitu juga dengan Bruce Daisley yang merupakan mantan vice president Twitter untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Dalam wawancara dengan BBC Radio 2, Daisley mengaku ragu dengan ide Musk untuk mengubah Twitter menjadi platform yang mengutamakan kebebasan berbicara.
Daisley mengatakan Twitter pernah menjadi 'sayap kebebasan berbicara untuk partai kebebasan berbicara' tapi kebijakan ini membuat banyak orang mengalami pelecehan, terutama perempuan dan figur publik.
"Jadi angle kebebasan berbicara itu tentu saja sudah dicoba. Dan saya sungguh bertanya-tanya apa rencana Elon di luar itu," ujar Daisley.
Mantan anggota dewan direksi Twitter Bijan Sabet bahkan berharap Twitter menolak tawaran tersebut, sama seperti saat perusahaan berlogo burung itu menolak tawaran akuisisi dari Facebook 14 tahun yang lalu.
Setelah pembelian Twitter oleh Elon Musk diumumkan, CEO Twitter Parag Agrawal dan chairman dewan direksi Twitter Bret Taylor mencoba menjawab pertanyaan dan kekhawatiran karyawan.
CNN melaporkan salah satu karyawan menanyakan apakah komitmen Twitter terhadap kecerdasan buatan dan machine learning yang bertanggung
jawab dan etis akan berubah di bawah kepemilikan Musk. Agrawal menjawab bahwa Twitter akan tetap melanjutkan komitmen tersebut.
Tapi beberapa karyawan Twitter yang bekerja di sektor machine learning mengaku khawatir dengan peran Musk di perusahaan. Director of Machine Learning Ethics Twitter Rumman Chowdhury mengatakan kedatangan Musk bisa berujung pada eksodus karyawan Twitter.
Tapi tidak semua karyawan Twitter memiliki reaksi yang negatif terhadap kabar ini. Jurnalis Casey Newton dari The Verge mengatakan beberapa karyawan terbuka dengan gagasan Twitter menjadi perusahaan private yang dijalankan oleh Musk memiliki peluang lebih baik untuk meningkatkan layanannya ketimbang perusahaan publik yang terikat pada pemegang sahamnya.
Beberapa karyawan Twitter juga mendukung misi Musk untuk menghilangkan akun bot dan spam yang berbahaya serta memberi kejelasan tentang cara kerja algoritma rekomendasi.
(vmp/fay)