Twitter Hapus 50 Ribu Konten Hoax Soal Rusia-Ukraina
Hide Ads

Twitter Hapus 50 Ribu Konten Hoax Soal Rusia-Ukraina

Josina - detikInet
Sabtu, 19 Mar 2022 08:33 WIB
People holding mobile phones are silhouetted against a backdrop projected with the Twitter logo in this illustration picture taken in  Warsaw September 27, 2013.   REUTERS/Kacper Pempel/Illustration/File Photo
Foto: Reuters/Kacper Pempel
Jakarta -

Invasi Rusia di Ukraina sejak Februari lalu masih menjadi topik hangat yang dibahas netizen di media sosial. Isu terkait konflik antara kedua negara tersebut tentunya tak luput dari informasi hoax dan telah dimanipulasi sedemikian rupa di media sosial salah satunya di Twitter.

Dilansir detiKINET dari Engadget, Twitter mengatakan telah melabeli dan menghapus lebih dari 50 ribu konten yang melanggar kebijakan mereka terkait konten tentang Rusia Ukraina yang dimanipulasi.

Selain itu ada sekitar 75 ribu lebih akun-akun dengan perilaku 'inauthentic' atau spam yang juga dihapus dari platform Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tidak semua akun ini terlibat dalam topik propaganda perang, kebanyakan dari mereka terlibat dengan tagar #IStandWithPutin, sebuah kampanye palsu dari akun yang terkoordinasi dan menjadi viral pada bulan lalu di Twitter.

Twitter juga menemukan berbagai 'aktor' yang bertanggung jawab karena telah memanipulasi rekaman lama yang seolah-olah merupakan konfilik baru dan juga banyak penipuan penggalangan dana untuk Ukraina.

ADVERTISEMENT

Sejak akhir Februari, Twitter telah melabeli lebih dari 61 ribu cuitan yang menyertakan tautan ke media pemerintahan seperti RT (Russia Today) dan juga Sputnik, yang dikelola Rusia.

Diketahui, kedua media tersebut, RT dan Sputnik, masih diizinkan Twitter untuk dapat beroperasi di platformnya. Namun akun mereka akan diberikan label khusus sehingga menurunkan engagement mereka. Selain itu, keduanya juga dilarang beriklan di Twitter.

Informasi hoax terkait invasi Rusia ke Ukraina telah berkembang pesat di media sosial setiap harinya, di mana kebanyakan memposting berbagi foto dan video yang tidak tahu kebenarannya.

Pemerintahan Rusia sendiri telah memblokir akses warga sipilnya dari beberapa platform besar seperti Google, Facebook, Instagram, Twitter dan TikTok. Hal ini bertujuan untuk menekan perbedaan pendapat antar warganya.




(jsn/rns)