Alun-alun Utara Yogya Dijual di Situs Next Earth, Ini Penjelasan Pakar IT 
Hide Ads

Alun-alun Utara Yogya Dijual di Situs Next Earth, Ini Penjelasan Pakar IT 

Jauh Hari Wawan S - detikInet
Kamis, 06 Jan 2022 16:22 WIB
BERLIN, GERMANY - SEPTEMBER 17:  German politician Christian Lindner of the FDP political party uses an Apple iPhone as he attends the Walther Rathenau Award ceremony on September 17, 2015 in Berlin, Germany. The award is in recognition of foreign policy achievements and Queen Ranias efforts on behalf of refugees and children.  (Photo by Sean Gallup/Getty Images)
Ilustrasi. Foto: GettyImages
Yogyakarta -

Alun-alun Utara Yogyakarta dijual dengan nilai yang fantastis di situs bernama Next Earth. Hal itu diketahui dari unggahan di akunTwitter @ridlwandjogjayang menampilkan postingan ingin membeli Alun-Alun Utara di metaverse.

Ridlwan menampilkan tangkapan layar harga jual Alun-Alun Utara Jogja. Lalu apa sebenarnya Next Earth itu? Pakar Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ridi Ferdiana sebelum menjelaskan apa itu situs Next Earth, memberikan gambaran umum tentang dunia metaverse.

Ridi menganalogikan ada seseorang bernama Budi, seorang Pegawai Negeri Sipil yang tinggal di Indonesia. Kemudian ada sebuah video game yang memungkinkan Budi bermain sebagai Budi di dunia virtual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Budi di dunia virtual dapat bekerja sebagai wirausaha, memiliki rumah, memiliki uang. Konsep dunia metaverse sebenarnya adalah konsep dunia virtual berbasis 3D yang kerap kali dikaitkan dengan sebuah permainan," kata Ridi kepada wartawan, Kamis (6/1/2022).

"Metaverse sendiri adalah evolusi dari sebuah video game yang menghubungkan aktivitas dunia nyata ke dunia virtual. Video game The SIMS atau Second Life misalnya, adalah sebuah video game yang merupakan cikal bakal metaverse. Aktivitas kehidupan di dunia sehari-hari sebagai manusia bisa dilakukan di dunia virtual," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Kemajuan teknologi, lanjut Ridi, menggeser sebuah video game menjadi sebuah dunia virtual yang mereplikasi kondisi dunia nyata. Ubisoft misalnya mengembangkan video game berjudul the Crew yang memvirtualkan 10.000 Km jalan di Amerika Utara dalam sebuah video game balapan. Nama jalan, lokasi- lokasi menarik, hingga toko-toko divirtualkan di video game tersebut.

"Dunia virtual yang makin membesar berkat teknologi komputasi awan membuat para pengembang teknologi informasi dapat mereplikasi seisi bumi dalam bentuk virtual, dan dari situlah metaverse hadir," jelasnya.

Lalu situs Next Earth itu sebenarnya apa dan yang dijual di situs Next Earth? Ridi menjelaskan, dalam situs itu bukan properti fisiknya yang dijual. Next Earth kata Ridi adalah sebuah situs yang menarik, karena mengombinasikan berbagai teknologi peta digital, blockhain, dan juga konsep metavervse.

"Saat ini kita tahu bahwa perusahaan teknologi seperti Google atau Here saja telah memotret peta dunia dan digunakan oleh kita sehari-hari untuk navigasi atau
mencari tempat. Peta digital tersebut kemudian dijadikan sebagai lahan virtual yang dikenal dengan Tiles," urainya.

Tiles tersebut dapat diperjualbelikan dengan teknologi Blockchain yang sudah dikenal yakni Crypto. Untuk melakukan transaksi, harus menggunakan Next Earth Coin, yakniPolygon (MATIC). Harga 1 koin MATIC setara dengan USD 2,16 per 6 Januari 2022 berdasarkan situs CoinMarketCap.

"Singkat kata Next Earth adalah jual beli crypto currency dengan menggunakan tanah virtual sebagai assetnya. Next Earth menggunakan mata uang tersendiri yang dikenal dengan MATIC untuk membeli tanah tersebut," paparnya.

Lebih lanjut, Ridi mengatakan saat ini para pengguna metaverse tanah virtual ini sudah berkembang. Berbagai lokasi menarik seperti universitas, situs sejarah dan budaya, hingga point of interest lain diperjualbelikan.

"Tetapi apakah memang aman dan ada peminat yang bersedia membeli itu cerita yang berbeda," katanya.

Keamanan aset virtual Next Earth didasarkan pada konsep blockchain. Uang Crypto pada Next Earth adalah NFT (Non Fungible Token) yang tidak dapat dipertukarkan tetapi dapat diperjualbelikan.

Halaman selanjutnya: 'KPR' di Next Earth >>>

"NFT adalah objek digital yang unik dan melekat pada objek digital tersebut. Layaknya membeli kendaraan dengan kepemilikan BPKB yang tercatat, maka membeli tanah virtual akan memiliki kepemilikan berupa NFT yang mencegah asset disalin dan diperbanyak," ucapnya.

Soal legalisasinya, menurut Ridi saat ini memang belum diatur sepenuhnya untuk aset virtual ini. "Tetapi mengacu pada statemen bank sentral Indonesia, uang kripto adalah digital commodities yang perlu dikaji kredibilitasnya," ujarnya.

Konsep jual beli dengan skema KPR menurut Ridi akan sangat mungkin terjadi di sini. Tetapi bukan mencicil, namun memiliki sebagian kecil dari landmark yang ada.

"Kita ingat saja aplikasi Go-Trade yang memungkinkan pembelian saham di dunia nyata dengan membeli sebagian kecil saja (mencicil). Jika dahulu membeli saham harus satu lot maka aplikasi seperti Go-Trade mem-virtualkan kepemilikan saham, sehingga seseorang bisa memilik 0.001 Lot saja," ucapnya.

"Bayangkan saja aplikasi Go-Trade ini adalah Next Earth maka bisa saja Next Earth menjual satu petak saja untuk di KPR-kan alih-alih menjadi satu komplek," sambungnya.

Sementara itu, pihak-pihak yang nama asetnya diklaim menurut Ridi bisa memilikinya di dunia virtual tentu dengan membeli atau justru membiarkannya saja. Sebab, sesuai dengan namanya, yakni dunia metaverse maka lokasi yang ada di metaverse ini tidak diberi nama atau unnamed teritory.

"Namun demikian pemilik aset virtual tersebut besar kemungkinan akan menamakannya dengan lokasi yang sama dengan di dunia nyata. Pada saat itu terjadi tentu pemilik asset real dapat memilikinya atau membiarkannya karena di dunia virtual yang berbeda," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fay)