Mantan CEO Google Eric Schmidt menjadi tokoh teknologi kesekian yang mengkritik konsep metaverse yang dikembangkan oleh Facebook/Meta. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan kecerdasan buatan.
Dalam wawancara dengan New York Times, Schmidt tidak memungkiri bahwa teknologi metaverse akan ada di mana-mana. Tapi ia memperingatkan bahwa teknologi ini belum tentu akan menjadi hal terbaik bagi masyarakat.
"Semua orang yang berbicara tentang metaverse bicara tentang dunia yang lebih memuaskan dari dunia saat ini -- kalian lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, lebih bertenaga, lebih cepat," kata Schmidt kepada New York Times, seperti dikutip dari Business Insider, Senin (1/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, dalam beberapa tahun, orang-orang akan menghabiskan waktunya dengan goggles-nya di metaverse. Dan siapa yang akan membuat aturannya? Dunia akan beralih jadi lebih digital ketimbang fisik. Dan itu belum tentu akan jadi hal yang baik bagi manusia," sambungnya.
Komentar Schmidt ini dilontarkan tidak lama setelah Facebook mengumumkan pergantian namanya menjadi Meta. Nama baru ini dipilih untuk menekankan fokus perusahaan mengembangkan metaverse dan menjauh dari citra sebagai perusahaan media sosial.
Metaverse sendiri merupakan tempat virtual di mana orang-orang bisa berinteraksi secara digital menggunakan avatar. CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan metaverse akan menjadi masa depan internet dan perusahaannya.
Schmidt juga mengatakan ia memandang kecerdasan buatan (AI), yang digunakan Meta untuk menjalankan algoritma di semua platform-nya, sebagai 'tuhan palsu' yang bisa menciptakan hubungan yang tidak sehat.
"Seperti apa wujud sahabat AI, terutama untuk seorang anak? Seperti apa perang yang didukung AI? Apakah AI memahami aspek realitas yang kita tidak rasakan? Mungkinkah AI melihat hal-hal yang tidak dapat dipahami manusia?" ucap Schmidt.
(vmp/vmp)