Dhanny Handoko, sang pemilik lahan Cikidang Plantation Resort, mengaku tidak setuju Bukit Algoritma dibuat menjadi Silicon Valley. Sebuah konsep besar dia tuturkan kepada tim detikcom saat menemuinya belum lama ini.
Dia mengatakan tim perintis Jawa Barat dulunya ingin membuat kawasan ruang tumbuh kembang sumber daya manusia (SDM). Telah dibuat pula kerangka kerja yang memadukan inovasi, teknologi, investasi seiring dengan seni budaya, empati dan kemandirian.
"Jadi bukan seperti Silicon Valley yang ramai dibicarakan. Kalau kemarin kami bilang Cipta Kerja dan Cipta Kreasi," kata Dhanny saat ditemui di Country Club Cikidang Plantation Resort, Sukabumi belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan lebih lanjut, dalam usulan kawasan KEK Sukabumi, ruang tumbuh kembang SDM yang dikembangkan harus memahami, bisa mengadopsi, dan mengadaptasi kemajuan teknologi. Tapi di lain sisi ada Cipta Kreasi yang turut mengembangkan seni budaya, rasa empati, serta kemandirian masyarakat lokal atau di sekitar wilayah tersebut.
"Nanti lewat Cipta Kreasi ini masyarakat kita yang di sini memiliki daya kolaborasi. Ketemu dengan teman-teman rekan-rekan yang akan membawa inovasi atau menjadikannya sebagai ruang rumah untuk mereka berkembang," ujar pria yang menjadi Direktur Utama PT Bintang Raya Loka Lestari.
"Jadi misalkanlah kalau teknologi itu kan suka copy paste. Kalau mobil listrik acuan saat ini Tesla, tapi pada saatnya akan hadir mobil listrik, mungkin masyarakat kita di sini yang mengembangkan diri lewat seni budaya memberikan masukan, 'eh mobil listrik ini kalau bumpernya dikasih sentuhan Maung Siliwangi pasti cakep' seperti itulah," sambung Dhanny.
![]() |
Karena itu konsep Cipta Kerja dan Cipta Kreasi tidak dapat disamakan dengan Silicon Valley yang ada sekarang.
"Mungkin pemahamannya jangan Silicon Valley yang sekarang, tapi Silicon Valley yang dulu," tegasnya.
Tempat Inovasi Ekonomis
Dhanny mengungkapkan sejumlah pihak ada yang mempertanyakan letak Bukit Algoritma yang berada di daerah yang begitu tersembunyi, di tengah perkebunan sawit. Menurutnya jika membangun kawasan yang sustainability, green, dan ramah lingkungan tidak dapat dilakukan di kota.
Selain itu inovasi tidak hanya datang dari kota, banyak orang daerah menciptakan penemuan penting, salah satunya bioplastik dari singkong.
"Kalau anak-anak muda ini mungkin baru SMA atau SMK terus kemudian harus tinggal di tanda kutip kota yang biaya hidupnya mahal, gimana? Nah kami di sini kalau dari perkebunan ini kan pertama area memang masih relatif ekonomis."
![]() |
Dhanny berharap Bukit Algoritma menjadi pilihan inovator-inovator muda yang akan timbul dari desa-desa atau wilayah yang belum terbangun. Karena kawasan ini sudah ada kemandirian pangan, sehingga mereka fokus berimajinasi dan berinovasi.
"Minimal walaupun dibilang jelek, dibilang apa, kami sudah punya atap, kami sudah punya ruang. Saya jamin untuk makan harganya ekonomis," sambung Dhanny.
"Ibaratnya kalau mereka startup, selama kami bisa terima dan setujui, makan minum tinggal teken aja. Kalau sukses nanti bayarnya pakai saham, siapa tau mereka jadi (seperti) Gojek, jadi unicorn," lanjutnya.
Untuk diketahui Bukit Algoritma di Cikidang, Sukabumi digadang-gadang bakal jadi 'Silicon Valley'-nya Indonesia. Proyek tersebut diinisiasi oleh PT Bintang Raya Loka Lestari.
Proyek tersebut dipimpin oleh Budiman Sudjatmiko sebagai Ketua Pelaksana KSO Kiniku Bintang Raya KSO. Sedangkan kontraktornya adalah BUMN PT Amarta Karya (AMKA). Groundbreaking pembangunan rencananya akan dilakukan pada Mei setelah Hari Raya Idul Fitri.
(afr/afr)