Bukit Algoritma menjadi pembicaraan hangat beberapa pekan lalu lantaran digadang sebagai Silicon Valley-nya Indonesia. Untuk mewujudkan itu anggaran besar pun disiapkan, Rp 18 triliun.
Sungguh bukan angka yang tidak sedikit. Wajar bila kemudian rencana proyek itu pun menuai pro dan kontra.
Itu pula yang kemudian menggerakkan detikcom untuk melihat langsung seperti apa Bukit Algoritma. Apakah memang area seluas 888 hektar tersebut dapat menjadi pusat komunitas teknologi untuk melahirkan segudang inovasi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga jam lebih dari Jakarta agar kami bisa menginjakkan kaki di kawasan yang terletak di kecamatan Cikidang, Sukabumi. Selain karena jarak, kemacetan parah di pintu keluar tol Cigombong membuat durasi perjalanan begitu lama.
Setibanya di area yang sebelumnya bernama Cikidang Plantation Resort ini, tim detikcom disambut dengan hamparan kebun sawit seluas mata memandang, jalanan rusak dan sejumlah rumah tak berpenghuni yang kondisinya memprihatinkan.
Di sana kami menemui Dhanny Handoko, dia adalah pemilik lahan sekaligus Direktur Utama PT Bintang Raya Loka Lestari. Sejam lebih tim detikcom berbincang dengannya, banyak informasi yang disampaikan, sedikit banyak menggambarkan mimpi besar Bukit Algoritma.
![]() |
5G
Membuka pembicaraan, tim detikcom menanyakan asal usul nama Bukit Algoritma. Dhanny mengaku tidak begitu mengetahui, sebab nama itu merupakan buah pikiran Budiman Sudjatmiko, politisi PDIP sekaligus Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO.
"Itu dari mas Budiman. Saya barusan juga belajar lagi. Jadi ada juga dari Twitter, katanya algoritma itu bahasa kenyataan atau language of reality. Saya sepakat sih bahwa algoritma itu bahasa kehidupan, dia bukan hanya kuantitatif tapi juga ada ekspresi, sehingga dia lebih fleksibel dalam beradaptasi, khususnya waktu-waktu yang cepat dan tidak menentu, misalnya semasa pandemi ini," paparnya.
Dhanny pun mengaku tidak ikut campur tangan dalam pengonsepan Bukit Algoritma, karena dia hanya menyediakan lahannya saja. Tapi dirinya mengetahui sedikit rencana yang akan digarap di atas lahannya itu, terutama soal infrastruktur pendukung.
Agar memudahkan akses menuju Bukit Algoritma akan dibuat jalan baru yang akan tersambung dengan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi II di Cigombong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Kalau dari sini (ke pintu tol) sekitar 6,2 km, seingat saya. Kalau jadi bandara (dibangun) sekitar 11 kilo (lewat jalan baru)," terang Dhanny.
Infrastruktur internet pun ikut diutamakan pembangunannya. Tak tanggung-tanggung, jaringan penerus 4G akan menyelimuti Bukit Algoritma.
"Kemaren mas Budiman sempat bilang akan hadir satu perusahaan yang akan menguji coba 5G di sini," ungkap Dhanny.
Saat ini kawasan Bukit Algoritma sudah ter-cover jaringan 4G sejumlah Operator. Saat detikINET menguji kecepatannya mencapai download 4,84 Mbps dan upload 7,61 Mbps.
Selain itu, kata Dhanny, areanya sudah terjangkau layanan IndiHome yang membuatnya bisa memasang WiFi dengan kecepatan rata-rata 15-16 Mbps. Kami pun melihat pembangunan fiber optik menuju arah Bukit Algoritma. Fiber optik tersebut milik PT Inti Bangun Sejahtera (IBS), namun belum diketahui apakah pembangunan jaringan tersebut terkait proyek Silicon Valley-nya Indonesia.
Selanjutnya Pusat Neuroscience