Alibaba terus diinvestigasi oleh pemerintah China, walaupun telah terkena denda USD 2,8 miliar karena aksi monopoli. Ada hal lain yang membuat pemerintah China khawatir tentang Alibaba, yaitu bisnis medianya yang ternyata menggurita.
Alibaba memang dikenal dengan platform belanja online Taobao dan Tmall yang sangat populer. Namun rupanya kerajaan medianya tidak kecil, ada koran, media siar, platform media sosial, agen periklanan sampai perusahaan film sendiri.
Alibaba antara lain punya South China Morning Post, media Inggris populer di Hong Kong, 30% saham di media sosial Weibo, investasi di Bilibilibili, situs semacam YouTube, media digital 36Kr dan masih beberapa lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jelas bahwa kendali Alibaba terhadap informasi, media dan data pribadi di China jauh melampaui raksasa teknologi di negara lain," sebut Zhu Ning, pengamat dari Shanghai Advanced Institute of Finance.
Kekuasaan media itu terindikasi dimanfaatkan Alibaba untuk menyuarakan agendanya. Desember silam, media bisnis Huxiu yang didanai oleh Ant Group, anak usaha Alibaba, menurunkan editorial yang mengkritik regulasi anti monopoli. Hal itu dianggap akan menghambat pertumbuhan perusahaan internet dan merusak kompetitifnya ekonomi China.
Beberapa waktu kemudian, artikel yang pro Alibaba itu dihapus dari situsnya. Kejadian lain melibatkan media sosial Weibo di mana Alibaba adalah pemegang saham terbesar kedua. Mereka diketahui menyensor pembicaraan miring tentang eksekutif Alibaba.
Hal itu kemudian dikritik oleh media pemerintah China, People's Daily. "Mencengangkan betapa powerful Alibaba dalam membentuk opini publik," tulis mereka.
Maka, regulator semakin merasa tidak nyaman terhadap kendali Alibaba kepada media. Belakangan ini dikabarkan meminta mereka untuk menjualnya atau menguranginya.
(fyk/fay)