Netizen Indonesia, Antara Microsoft, Badminton dan Dewa Kipas
Hide Ads

Kolom Telematika

Netizen Indonesia, Antara Microsoft, Badminton dan Dewa Kipas

Alfons Tanujaya *) - detikInet
Rabu, 24 Mar 2021 12:52 WIB
Woman using smartphone. The concept of using the phone is essential in everyday life.
Ilustrasi netizen Indonesia. Foto: iStock
Jakarta -

Kalau soal kekompakan, netizen Indonesia bisa dibanggakan. Right or Wrong is my country, begitu kira-kira yang ada di benak netizen Indonesia sampai mungkin menjadi netizen yang disegani di dunia.

Dalam beberapa kasus, hal ini cukup menguntungkan bagi Indonesia seperti insiden tim bulutangkis Indonesia yang dilarang bermain di All England dan terkesan diperlakukan tidak adil dan diskriminatif. Langsung saja akun BWF di Instagram, Twitter dan Facebook diserbu ramai-ramai oleh netizen Indonesia. Bahkan tagar #BWFunfair dan #BWFmustberesponsible langsung menggema di Twitter.

Demikian pula pengalaman Microsoft yang mengeluarkan survei Digital Civility Index dan menempatkan netizen Indonesia sebagai tidak sopan. Kontan kolom komentar di akun Instagram Microsoft diserbu oleh netizen Indonesia yang mempertanyakan hasil survei tersebut sampai-sampai Microsoft terpaksa menutup kolom komentar di akun Instagramnya karena kewalahan menghadapi serbuan netizen Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus terakhir yang ramai dan menjadi perhatian netizen Indonesia adalah kasus Dewa Kipas yang disinyalir melakukan kecurangan melawan GothamChess sehingga akun Dewa Kipas diblokir oleh Chess.com. Akun YouTube GothamChess diserbu netizen Indonesia sampai dia terpaksa melakukan region block sehingga netizen Indonesia tidak bisa mengakses konten GothamChess.

Sebenarnya yang rugi dalam hal ini adalah GothamChess karena membatasi jumlah pengakses kontennya yang berpotensi memberikan penghasilan dari iklan di YouTube, tapi mungkin karena tidak tahan dengan serbuan komentar netizen Indonesia, hal tersebut terpaksa dilakukan.

ADVERTISEMENT

Namun akhirnya region blocking tersebut dibuka kembali setelah pertandingan Dewa Kipas dengan GMIW Irene Kharisma yang sedikit menguak dugaan apakah Dewa Kipas melakukan kecurangan atau tidak dalam pertandingannya dengan GothamChess.

Aset berharga dan masalahnya

Indonesia adalah negara dengan populasi nomor 4 terbesar di dunia dengan lebih dari 260 juta jiwa setelah China, India dan Amerika Serikat. Meskipun tidak semaju beberapa negara lain yang memiliki infrastruktur yang lebih baik, namun pengguna internet Indonesia mampu menempati peringkat 4 besar di dunia, jauh melebihi pengguna internet di negara maju yang besar seperti Jepang, Rusia dan Jerman (lihat gambar 1).

Netizen IndonesiaGambar 1: Pengguna internet Indonesia terbesar nomor 4 di dunia (Foto: Statista)

Bahkan untuk pengguna media sosial, netizen Indonesia memiliki posisi dominan di dunia, di mana Indonesia adalah pengguna Facebook nomor 3 terbesar setelah India dan Amerika Serikat. Jadi jelas kalau pengguna internet Indonesia memegang peranan penting di dunia digital dan peran netizen Indonesia jelas harus diperhitungkan oleh siapapun yang ingin eksis di dunia digital.

Namun, banyaknya pengguna internet Indonesia selain menjadi aset yang berharga, dalam banyak kasus bisa menjadi bumerang. Jika tidak dikelola dengan baik, netizen Indonesia yang tidak terkontrol dan kurang mendapatkan informasi yang akurat, malah salah dalam melakukan aksi geruduknya. Hal ini malah akan mencoreng nama Indonesia.

Kalau dalam kasus BWF, penulis sepakat badan bulutangkis dunia ini perlu diprotes karena memang aksi yang mereka lakukan sangat merugikan insan dan dunia bulutangkis Indonesia. Namun pada beberapa kasus seperti Digital Civility Index yang salah satunya disebabkan oleh karena tingkat penipuan yang tinggi di Indonesia, tidak bisa diselesaikan dengan menggeruduk akun Instagram Microsoft.

Demikian pula dalam kasus Dewa Kipas yang secara statistik permainannya memang menunjukkan anomali yang luar biasa dan memiliki performa setara juara dunia catur. Bagi insan yang berkecimpung di dunia catur dapat melihat dengan sangat jelas bahwa hal ini tidak mungkin. Untuk memiliki kemampuan setara juara dunia catur, selain harus memiliki inteligensi yang sangat tinggi (IQ Magnus Carlsen juara dunia catur adalah 190) serta latihan catur secara sistematis dan konsisten tanpa henti selama 10.000 jam atau sekitar 10 tahun.

Halaman selanjutnya: Solusi untuk masalah netizen Indonesia...

Masalahnya adalah informasi akurat mengenai hal ini terkadang tidak diketahui oleh netizen dan dengan keterbatasan informasi inilah netizen mengambil keputusan. Secara alamiah netizen akan membela siapapun yang dianggap sebagai pihak yang lemah dan tertindas, apalagi kalau yang ditindas orang Indonesia. Dalam kasus ini GothamChess dan Chess.com menindas Dewa Kipas atau Irene Kharisma menindas Dewa Kipas.

Apalagi kalau korban 'penindasan' tersebut memiliki penampilan yang kalem dan baik. Penampilan di era sosmed ini sering sekali memegang peranan yang lebih penting daripada faktor lain. Sebagai buktinya, dalam pertandingan catur Irene Kharisma vs Dewa Kipas, yang mendapatkan penambahan follower IG paling banyak bukan Irene Kharisma yang 'hanya' bertambah menjadi 48.200 follower melainkan Chelsie Monica dari 9.000-an follower menjadi 98.300 follower. Tutur kata yang sopan dan penampilan yang menarik menjadi faktor menentukan pada zaman digital ini.

Apa yang harus dilakukan?

Kekompakan, kebanggaan dan kecintaan sebagai orang Indonesia memang menjadi hal yang sangat positif dan patut dipertahankan di era sosmed ini. Namun ancaman disinformasi seperti penyimpangan informasi, fakenews, hoax dan cybercrime sangat berpotensi mencoreng nama baik Indonesia dan menyebabkan kerugian bagi Indonesia.

Karena itu pihak yang terkait dan netizen perlu menyadari hal ini dan bekerja keras memanfaatkan modal dasar yang besar ini sehingga bisa memberikan manfaat maksimal dan tidak menjadi bumerang. Hal ini membutuhkan perhatian dari banyak pihak terkait seperti :

  • Kominfo dan pihak terkait di telko secara aktif menganalisa kelemahan sistem yang mengakibatkan masifnya aksi fraud seperti kartu isi ulang yang bisa dipakai berulang dan setiap kali diblokir pelaku kejahatan tinggal mengganti dengan kartu prabayar baru. Hal ini dapat diatasi dengan mengidentifikasi IMEI perangkat dan memblokir perangkat keras yang menyalahgunakan sistem prabayar.
  • Pihak call center atau institusi terkait yang sering menjadi sasaran phishing dan pemalsuan seperti call center bank dan layanan masyarakat, harus pro aktif dan tidak cukup hanya dengan melaporkan akun yang melakukan pemalsuan dan memblokirnya. Karena, setiap kali di blokir akan muncul akun baru sehingga aksi blokir ini tidak efektif. Ada baiknya institusi terkait ini melakukan aksi pro aktif bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku cyber crime yang sangat mempermalukan Indonesia ini. Pihak berwenang diharapkan memberikan dukungan dan menangkap pelaku kejahatan cyber serta memberikan hukuman yang keras supaya ada efek jera.
  • Dan terakhir kita sebagai netizen juga diharapkan untuk tidak membabi buta membela apa yang kelihatannya benar tanpa mengetahui lebih detail duduk permasalahan. Hati-hati terhadap penyesatan informasi dan informasi yang hanya diberikan sepotong atau tidak lengkap untuk menyesatkan fakta yang ada. Jangan mudah tertipu oleh tampilan yang tidak berdosa, kelihatan seperti orang baik-baik yang tertindas, sekalipun faktanya tidak seperti yang terlihat di permukaan.

Hal ini akan mempermalukan orang Indonesia sendiri dan memberikan kesan kalau orang Indonesia itu tidak sopan, tidak sportif, kalau sudah salah sekalipun masih ngeyel dan tidak mau mengakui kesalahannya. Hal ini akan merugikan Indonesia sendiri di mana bangsa lain yang ingin berhubungan dengan Indonesia, baik dalam pariwisata, bisnis atau kerjasama lainnya bisa enggan. Mari kita manfaatkan kekuatan besar yang kita miliki ini dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan Indonesia.

*) Alfons Tanujaya adalah ahli keamanan cyber dari Vaksincom. Dia aktif mendedikasikan waktunya memberikan informasi dan edukasi tentang malware dan cyber security bagi komunitas IT Indonesia.