Kalau soal kekompakan, netizen Indonesia bisa dibanggakan. Right or Wrong is my country, begitu kira-kira yang ada di benak netizen Indonesia sampai mungkin menjadi netizen yang disegani di dunia.
Dalam beberapa kasus, hal ini cukup menguntungkan bagi Indonesia seperti insiden tim bulutangkis Indonesia yang dilarang bermain di All England dan terkesan diperlakukan tidak adil dan diskriminatif. Langsung saja akun BWF di Instagram, Twitter dan Facebook diserbu ramai-ramai oleh netizen Indonesia. Bahkan tagar #BWFunfair dan #BWFmustberesponsible langsung menggema di Twitter.
Demikian pula pengalaman Microsoft yang mengeluarkan survei Digital Civility Index dan menempatkan netizen Indonesia sebagai tidak sopan. Kontan kolom komentar di akun Instagram Microsoft diserbu oleh netizen Indonesia yang mempertanyakan hasil survei tersebut sampai-sampai Microsoft terpaksa menutup kolom komentar di akun Instagramnya karena kewalahan menghadapi serbuan netizen Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus terakhir yang ramai dan menjadi perhatian netizen Indonesia adalah kasus Dewa Kipas yang disinyalir melakukan kecurangan melawan GothamChess sehingga akun Dewa Kipas diblokir oleh Chess.com. Akun YouTube GothamChess diserbu netizen Indonesia sampai dia terpaksa melakukan region block sehingga netizen Indonesia tidak bisa mengakses konten GothamChess.
Sebenarnya yang rugi dalam hal ini adalah GothamChess karena membatasi jumlah pengakses kontennya yang berpotensi memberikan penghasilan dari iklan di YouTube, tapi mungkin karena tidak tahan dengan serbuan komentar netizen Indonesia, hal tersebut terpaksa dilakukan.
Namun akhirnya region blocking tersebut dibuka kembali setelah pertandingan Dewa Kipas dengan GMIW Irene Kharisma yang sedikit menguak dugaan apakah Dewa Kipas melakukan kecurangan atau tidak dalam pertandingannya dengan GothamChess.
Baca juga: Netizen: All England? All Japan! |
Aset berharga dan masalahnya
Indonesia adalah negara dengan populasi nomor 4 terbesar di dunia dengan lebih dari 260 juta jiwa setelah China, India dan Amerika Serikat. Meskipun tidak semaju beberapa negara lain yang memiliki infrastruktur yang lebih baik, namun pengguna internet Indonesia mampu menempati peringkat 4 besar di dunia, jauh melebihi pengguna internet di negara maju yang besar seperti Jepang, Rusia dan Jerman (lihat gambar 1).
![]() |
Bahkan untuk pengguna media sosial, netizen Indonesia memiliki posisi dominan di dunia, di mana Indonesia adalah pengguna Facebook nomor 3 terbesar setelah India dan Amerika Serikat. Jadi jelas kalau pengguna internet Indonesia memegang peranan penting di dunia digital dan peran netizen Indonesia jelas harus diperhitungkan oleh siapapun yang ingin eksis di dunia digital.
Namun, banyaknya pengguna internet Indonesia selain menjadi aset yang berharga, dalam banyak kasus bisa menjadi bumerang. Jika tidak dikelola dengan baik, netizen Indonesia yang tidak terkontrol dan kurang mendapatkan informasi yang akurat, malah salah dalam melakukan aksi geruduknya. Hal ini malah akan mencoreng nama Indonesia.
Kalau dalam kasus BWF, penulis sepakat badan bulutangkis dunia ini perlu diprotes karena memang aksi yang mereka lakukan sangat merugikan insan dan dunia bulutangkis Indonesia. Namun pada beberapa kasus seperti Digital Civility Index yang salah satunya disebabkan oleh karena tingkat penipuan yang tinggi di Indonesia, tidak bisa diselesaikan dengan menggeruduk akun Instagram Microsoft.
Demikian pula dalam kasus Dewa Kipas yang secara statistik permainannya memang menunjukkan anomali yang luar biasa dan memiliki performa setara juara dunia catur. Bagi insan yang berkecimpung di dunia catur dapat melihat dengan sangat jelas bahwa hal ini tidak mungkin. Untuk memiliki kemampuan setara juara dunia catur, selain harus memiliki inteligensi yang sangat tinggi (IQ Magnus Carlsen juara dunia catur adalah 190) serta latihan catur secara sistematis dan konsisten tanpa henti selama 10.000 jam atau sekitar 10 tahun.
Halaman selanjutnya: Solusi untuk masalah netizen Indonesia...