Back-end developer banyak dicari bermacam perusahaan saat ini. Sedang terpikir menjadi back-end developer? Ada beasiswa buat persiapan kalian.
Berdasarkan laporan LinkedIn 2020 Emerging Jobs Report Indonesia, pekerjaan-pekerjaan baru (emerging jobs) dengan pertumbuhan permintaan tertinggi didorong oleh sektor teknologi informasi dan jasa.
Mengacu pada laporan tersebut, back-end developer menempati peringkat keenam dalam daftar top emerging jobs di Indonesia. Seorang back-end developer bertanggung jawab merancang sistem, membangun logika, dan mengelola data yang dibutuhkan oleh klien atau front-end dari sebuah aplikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena tingginya permintaan dan dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualifikasi back-end developer di Indonesia, Dicoding bekerja sama dengan Amazon Web Services (AWS) meluncurkan "Back-end Developer Learning Path", yakni alur pembelajaran kurikulum back-end development yang disajikan secara komprehensif dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan akses dan pemahaman bagi developer di Indonesia.
Alur belajar ini juga dirancang untuk mempersiapkan peserta mengikuti dua sertifikasi AWS, yakni Certified Cloud Practitioner dan AWS Certified Solutions Architect-Associate.
"Kepiawaian back-end developer yang mumpuni sangat penting untuk mengawal transformasi digital di Indonesia. Kita seringkali melupakan bahwa kesiapan talenta digital di bidang back-end development adalah kunci untuk menyokong jumlah pengguna internet dan ragam kebutuhan mereka dalam perekonomian digital yang terus bertumbuh di Indonesia," ungkap CEO Dicoding Narenda Wicaksono lewat keterangan tertulis yang diterima detikINET, Senin (15/3/2021).
Indonesia memiliki kebutuhan yang terus meningkat untuk talenta di bidang teknologi informasi guna mengakselerasi transformasi digital negeri ini. Mengacu pada laporan riset terbaru 2021 yang berjudul "Unlocking APAC's Digital Potential: Changing Digital Skill Needs and Policy Approaches", saat ini hanya 19% dari pekerja Indonesia yang memiliki keterampilan digital.
Dari angka tersebut, 59% pekerja digital Indonesia yang belum memiliki kemampuan di bidang komputasi awan (cloud computing) meyakini bahwa kemampuan tersebut akan menjadi penting untuk dikuasai pada tahun 2025.
Secara khusus, keterampilan tersebut mencakup penguasaan cloud architecture design, keamanan cyber, pemodelan data berskala besar (large-scale data modelling), pengembangan web/software/game, dan software operations support akan menjadi keahlian yang paling banyak dicari di Indonesia pada tahun 2025.
Karenanya, Country Manager Amazon Web Services Indonesia Gunawan Susanto menyambut gembira kolaborasi dengan Dicoding dalam memberikan materi pelatihan program ini. Harapannya, program ini dapat membantu talenta digital di Indonesia untuk mengembangkan keahlian mereka di bidang komputasi awan.
"Kami bekerja sama dengan Dicoding untuk membuat Back-end Developer Learning Path ini mudah diakses dan dipelajari oleh peserta dari seluruh penjuru negeri. Kurikulum ini tersedia secara penuh dalam bahasa Indonesia," sebutnya.
Back-end Developer Learning Path terdiri dari 6 kelas yaitu:
- AWS Cloud Practitioner Essentials (Belajar AWS Dasar Cloud)
- Belajar Dasar Pemrograman JavaScript
- Belajar Membuat Aplikasi Back-End untuk Pemula
- Architecting on AWS (Membangun Arsitektur AWS di Cloud)
- Belajar Fundamental Aplikasi Back-End
- Menjadi Back-End Developer Expert.
Alur pembelajaran ini menawarkan konten digital dengan sistem belajar mandiri untuk para developer agar mampu meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka di bidang pengembangan back-end dan komputasi awan.
Pemahaman peserta akan dinilai melalui metode code review yang dilakukan oleh instruktur Dicoding dan para ahli di bidang komputasi awan. Alur pembelajaran ini direkomendasikan untuk para developer profesional, guru IT, dosen, dan mahasiswa.
Buat kalian yang tertarik mendaftar, beasiswa back-end developer learning path ini dapat langsung diakses dengan mengunjungi alamat website aws.dicoding.com.
(rns/fay)