Berdasarkan laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) Microsoft yang mengukur tingkat kesopanan digital, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara. Bagaimana Indonesia memperbaikinya?
Pengamat media sosial Enda Nasution menyebutkan, survei ini menjadi wake up call atau peringatan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong interaksi positif secara online.
"Artinya kan ada sebuah ukuran. Selama ini gak tau how bad kita. Jadi kita tahu kita posisinya ada di mana, dan kita mau ngapain setelah melihat hasil survei ini," ujar Enda dihubungi detikINET, Minggu (28/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enda berharap ke depannya ada pergerakan yang positif untuk memperbaikinya. Kalaupun tidak setuju dengan hasil survei DCI Microsoft ini, menurutnya sudah sepatutnya kita bergerak dan memiliki studi serupa yang juga terukur.
"Bahkan kita bisa bandingin misalnya berdasarkan provinsi atau rentang usia. Jadi ketahuan mana kelompok masyarakat yang tidak santun. Kalau ketahuan kita bisa menarget langsung ke sana. Jadi ini bukan cuma wake up call tapi perlu di-follow up. Selain meningkatkan kesantunan, kita juga perlu punya metodologi yang terukur," jelasnya.
Menurut Enda, selama ini tidak ada lembaga yang secara khusus menangani tentang perilaku netizen di internet. Regulasi yang ada, hanya menerapkan batas bawah sanksi atau tindakan yang perlu dilakukan ketika terjadi kasus terkait perilaku di internet.
"Kurang banyak yang bergerak di pencegahannya. Ketika sudah terjadi baru dibahas, tapi tidak ada yang bergerak melakukan pencegahannya. Visi misinya apa, 20 tahun lagi kita mau ke mana, itu gak ada," ujarnya.
Karena serba tidak jelas, Enda mengatakan indikatornya perlu diperjelas, demikian pula lembaga yang mengurusnya. Bahkan menurutnya, Indonesia mungkin perlu kementerian khusus yang mengurus ini.
"Kita terbelakang dalam hal kesantunan, kompetensi digital kita juga rendah. Siapa yang urus ini? Dan dengan makin besarnya pengaruh digital di kehidupan sehari-hari, ada baiknya diperjelas. Mungkin kita perlu sebuah kementerian digital yang khusus menangani ini," urainya.
Dia juga mengingatkan, hal termudah yang bisa dilakukan setiap orang untuk berkontribusi meningkatkan kesantunan dalam berinternet bisa dimulai dari diri sendiri.
"Ketimbang capek-capek ngomongin orang yang itu begini, orang yang ini begitu, lebih baik mulai dari diri sendiri. Jangan malas untuk cari informasi yang benar, jangan gampang menyebarkan informasi, dan speak up kalo misalnya melihat bullying dan perilaku yang gak benar. Saya optimis masih lebih banyak netizen yang baik," tutupnya.
(rns/rns)