Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang meminta maaf atas tidak berfungsinya aplikasi tracing COVID-19 versi Android. Sejak September 2020, aplikasi ini tidak memberikan notifikasi ketika ada kontak yang terinfeksi.
Mengingat Jepang baru-baru ini sedang mengalami gelombang ketiga kasus terinfeksi COVID-19, kabar ini sangat mengejutkan. Kesalahan tersebut dinilai memalukan, terutama karena Jepang dikenal dengan reputasi negaranya yang sangat disiplin dan terkontrol dengan ketat.
Kementerian Kesehatan Jepang mengakui adanya masalah dalam update aplikasi tracing COVID-19 versi Android tersebut dalam pengumuman di halaman website aplikasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari The Register, Sabtu (6/2/2021) dalam website itu disebutkan bahwa notifikasi adanya kontak dengan orang terinfeksi COVID-19 tidak berfungsi sejak akhir September 2020 dikarenakan update untuk versi Android aplikasi tersebut belum rilis.
"Kami sungguh meminta maaf telah merusak kepercayaan masyarakat yang menggunakan aplikasi ini. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan akan bekerja keras untuk segera mengatasi kesalahan ini da mengontrol kualitasnya secara menyeluruh. Kami akan terus melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa orang-orang dapat menggunakan aplikasi ini dengan nyaman," demikian permohonan maaf tersebut disampaikan lewat website aplikasi.
Pada halaman aplikasi tersebut di Google Play, tercantum keterangan bahwa update terakhir diperbarui pada 14 Desember 2020. Karena kesalahan ini, cukup banyak para pengguna berpikir aplikasi tersebut tidak berguna berguna. Rating aplikasi menunjukkan angka 1,8 dari 5 pada lebih dari 15.800 ulasan.
Halaman Google Play juga mengungkapkan bahwa aplikasi ini telah diunduh lebih dari lima juta kali. Angka ini tentunya sangat besar dan seharusnya cukup untuk dijadikan sebagai alat pelacakan COVID-19 yang bisa diandalkan.
Sementara itu, kantor berita Nikkei melaporkan bahwa kesalahan aplikasi tersebut dirahasiakan sejak September 2020. Tak hanya itu, Nikkei juga melaporkan sejumlah masalah lainnya pada sistem kesehatan untuk penanggulangan COVID-19, antara lain ketidakmampuan untuk mencegah lebih banyak orang menggunakan aplikasi yang bermasalah tersebut.
Menurut Nikkei, konsekuensi dari masalah tersebut bisa membahayakan bahkan mungkin secara tidak langsung mematikan. Badan kesehatan dunia WHO menyebutkan Jepang saat ini sedang mengalami gelombang ketiga infeksi COVID-19 yang dimulai sejak November 2020.
Pada gelombang kali ini, kasus infeksi per hari melonjak hingga mencapai 8.000. Sebelumnya di gelombang kedua, Jepang 'hanya' mengalami 2.000 kasus infeksi baru per harinya.
Di situasi gelombang ketiga ini, tercatat 4.254 dari total kematian COVID-19 di Jepang telah terjadi sejak November 2020, dari total keseluruhan 6.020. Ada 635 kematian di pekan lalu, menandai pekan terburuk Jepang selama masa pandemi.
(rns/fay)