Perusahaan keamanan internet Kaspersky turut mengomentari kebijakan baru WhatsApp. Menurut Kaspersky, pada dasarnya tidak ada layanan yang gratis.
Seperti diketahui, WhatsApp sebagai layanan pesan instan dapat diinstal dan diakses pengguna secara cuma-cuma. Bahkan sampai sekarang, WhatsApp mampu bertahan dengan tidak menghadirkan iklan di dalam layanan miliknya.
"Nyatanya memang tidak ada yang sepenuhnya "tidak berbayar" dan sayangnya model bisnis ini untuk layanan gratis berarti kita membayar dengan data kita. Jejaring sosial, beberapa messenger dan mesin pencari menghasilkan uang dari iklan dan apabila semakin dipersonalisasi semakin baik," ujar Peneliti Senior di Kaspersky Anna Larkina dalam keterangan tertulisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktanya, Facebook dan perusahaan lain telah melakukan ini melalui layanannya selama beberapa tahun terakhir," ungkapnya melanjutkan.
Kendati begitu, kabar baiknya, Larkina mengatakan ada dua hal yang menjadi catatan. Pertama, sebagian besar perusahaan, termasuk Facebook, bersikap transparan tentang kebijakannya. Kedua, WhatsApp tidak membaca percakapan Anda karena menyertakan enkripsi end-toend.
"Yang mereka telusuri hanyalah informasi teknis dan akun," imbuh Larkina.
Kebijakan baru WhatsApp yang berbagi data pengguna dengan Facebook akan diterapkan 8 Februari mendatang. Pengguna WhatsApp pun ditawarkan untuk mengikuti aturan privasi terbaru itu atau menghapus akun WhatsApp.
"Untungnya ada berbagai platform perpesanan alternatif dan saat ini pengguna dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk mereka," kata Larkina.
Menyusul kebijakan baru WhatsApp tersebut, layanan pesan instan di bawah naungan Facebook itu mulai ditinggalkan ke layanan pesaing yang dinilai lebih aman dan menjamin privasi pengguna, misalnya Telegram maupun Signal.
WhatsApp memang sepertinya mulai patut waspada terhadap kebangkitan layanan messaging rival, Signal dan Telegram. Sebabnya kenaikan download yang dialami oleh kedua aplikasi tersebut tidak main-main jika melihat data terkini.
Analisa dari Sensor Tower menunjukkan Signal didownload sebanyak 17,8 juta kali di Play Store dan App Store pada 5 sampai 12 Januari. Itu merupakan peningkatan 61 kali lipat dari minggu sebelumnya yang sebesar 285 ribu kali.
Kemudian Telegram tembus 15,7 juta kali download di kurun waktu yang sama, 5 sampai 12 Januari, peningkatan dari jumlah 7,6 juta kali pada minggu sebelumnya. Bahkan Telegram telah mengumumkan jumlah pengguna aktif telah mencapai 500 juta user. WhatsApp pun bertindak.
(agt/afr)