"Elon selalu menjadi seorang pemikir introvert. Jadi jika orang pergi ke pesta keren, minum-minum dan membicarakan sesuatu seperti rugby atau olahraga, Elon lebih suka berada di perpustakaan dan membaca buku," kata sang ayah, Errol Musk.
"Dia menemukan kesenangan dengan hal itu, meski bukan berarti dia tidak mau pergi ke pesta," imbuh Errol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang dia tanyakan sejak kecil selalu mengejutkan. Ketika masih sangat bocah, dia sudah bertanya ada di mana seluruh dunia? Itu ketika umurnya 3 atau 4 tahun. Pertanyaan semacam itulah yang membuatku sadar dia agak berbeda," papar Errol.
Walau kadang berseteru dengan Elon Musk, Errol yang berprofesi sebagai pilot dan pelayar, sukses membesarkan ketiga anaknya. Saudara Elon yang bernama Kimbal juga seorang miliarder dan menjalankan bisnis makanan. Sedangkan Tosca, anak perempuannya, bekerja sebagai produser film.
"Kimbal jauh lebih gila pesta. Dia direktur pertama SpaceX dan Tesla. Namun kini dia di dunianya sendiri berbisnis restoran dan katering," Errol melanjutkan.
Pada umur 11 tahun, Elon sudah sangat tertarik dengan komputer dan sangat ingin ikut les meski belum cukup umur. Ia terus memaksa meski dilarang sehingga Errol terpaksa membelikannya. "Jadi kami membelinya, untungnya dengan harga diskon. Dan dengan komputer itu, dia belajar sendiri menggunakan DOS untuk melakukan pemrograman," sebutnya.
Tepatnya pada umur 18 tahun dia pindah ke rumah pamannya di Montreal, Kanada dan mendapat kewarganegaraan di sana. Mengejar ambisi-ambisi besarnya yang kini telah terwujud, ia pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara adidaya itu sejak tahun 2002.