Kakeknya kemudian memutuskan untuk menggunakan nama keluarga Jepang. Namun Masayoshi bersikeras tetap memakai nama keluarga Korea yakni Son, ketimbang Yasumoto, nama keluarga Jepang yang dipakai orangtua dan kakeknya.
Karena keputusannya ini, sejak kecil Masayoshi harus menghadapi diskriminasi akibat nama belakangnya. Saat itu, memang sedang terjadi krisis hubungan di antara Jepang dan Korea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masayoshi tidak dianggap sebagai warga Jepang karena dia keturunan Korea. Dia baru diakui setelah menikah dengan istrinya yang asal Jepang, Masami Ohno. Masami langsung mengubah nama belakangnya menjadi Son, dan sejak saat itu, nama tersebut diakui sebagai nama keluarga Jepang.
Diskriminasi pula yang menjadi batu sandungannya mengejar cita-cita. Sejak kecil, dia ingin menjadi guru, seniman, sampai politisi. Namun karena terganjal diskiriminasi, dia memutuskan untuk mengubah cita-citanya menjadi pebisnis.
Masayoshi muda pun mulai mengembangkan minatnya di bidang bisnis. Dia dengan percaya diri menemui Presiden McDonald Jepang Den Fujita untuk meminta resep sukses. Saat itu pula, Masayoshi belajar bahasa Inggris.
Pada usia 16 tahun, Masayoshi pergi ke California, Amerika Serikat dan menyelesaikan jenjang sekolah menengah dalam setahun. Dia mendapatkan kewarganegaraan AS dan melanjutkan studi dengan mengambil bidang ekonomi dan ilmu komputer di University of California Berkeley.
Ketekunannya mengantarkannya lulus dengan menyandang gelar Bachelor of Arts di bidang ekonomi pada 1980. Setahun setelah lulus, dia kemudian mendirikan SoftBank. Siapa sangka, Softbank dulunya dimulai dari sebuah garasi dengan hanya dua karyawan.
Kini, Softbank menjadi perusahaan telekomunikasi dan internet terdepan di Jepang. Perusahaan yang berpusat di Tokyo ini pun berekspansi dan merambah banyak bisnis dengan berbagai anak perusahaan.
Anak perusahaannya tersebut antara lain perusahaan broadband SoftBank BB, perusahaan data center IDC Frontier, publisher game GungHo Online Entertainment, dan perusahaan publishing company SoftBank Creative.
Softbank juga sangat rajin berinvestasi di banyak startup, salah satunya Grab. Kabarnya, Masayoshi yang semula mendukung Grab agar merger dengan Gojek, kehilangan kesabaran pada CEO Grab Anthony Tan untuk menyerahkan kendali, sehingga kini mendukung merger antara Gojek dan Tokopedia yang didukung SoftBank.