50 Desa di Semarang Tak Terjangkau Internet, Belajar Online Terkendala
Hide Ads

50 Desa di Semarang Tak Terjangkau Internet, Belajar Online Terkendala

Akbar Hari Mukti - detikInet
Kamis, 17 Des 2020 19:11 WIB
YOGYAKARTA, INDONESIA - SEPTEMBER 28: Kharisma Anisa Putri (14), uses her broke screen smartphone for studying online using free wifi provided by the village as to help parents with financial difficulties, they pay 30,000 Indonesian Rupiah or around (USD 2) per month amid the Coronavirus pandemic on September 28, 2020 in Yogyakarta, Indonesia. According to the Indonesian Ministry of Education and Culture data nearly 70 million children have been affected by school shutdowns which started in mid-March. Since it closed on March 16, the school has implemented various methods and approaches to support distance learning. Even so, its implementation in the field still faces various obstacles. The problem is limited support facilities, such as laptops, smart phones, and internet data packages. In addition, parents also claim to not have enough time and feel they lack the knowledge to accompany children to learn online. Indonesia is struggling to contain thousands of new daily cases of coronavirus amid easing of rules to allow economic activity to resume. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Ilustrasi belajar online. Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Kab. Semarang -

Sebanyak 50 desa di Kabupaten Semarang tak terjangkau sinyal internet. Hal itu menyebabkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan metode daring terkendala.

"Dari 208 desa, 50 desa di Kabupaten Semarang masih tak terjangkau sinyal internet. Maka untuk pembelajaran daring di sana terkendala untuk dilakukan," jelas Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo, ditemui di gedung PP Paud dan Dikmas Jawa Tengah, Ungaran Barat, Kamis (17/12/2020).

50 desa itu di antaranya berada di Kecamatan Kaliwungu, Banyubiru, Bringin, hingga Ungaran Barat. Dari 50 desa itu terdapat setidaknya 25 sekolah jenjang SD dan SMP.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi siswa yang bersekolah di 25 sekolah itu terkendala pembelajaran secara daring. Di antaranya di desa Gogik, Ungaran Barat," jelas Sukaton.

Untuk mengatasi hal tersebut Disdikbudpora Kabupaten Semarang meminta guru sekolah mendatangi siswanya yang berada di 50 desa tersebut. Para guru memberikan pelajaran kepada sejumlah siswa dalam lingkup grup kecil.

ADVERTISEMENT
Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang Sukaton PurtomoKepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang Sukaton Purtomo, ditemui, Kamis (17/12). Foto: Akbar Hari Mukti/detikINET

"Metode pembelajaran yang kami terapkan di antaranya daring, luring, dan tatap muka. Untuk tatap muka, guru kami minta langsung datang ke siswa dalam grup kecil untuk diberikan materi pelajaran," jelas Sukaton.

"Misalnya grup kecil 5 sampai 6 siswa yang rumahnya berdekatan. Hal itu juga mengaplikasikan protokol kesehatan," terangnya.

Selain itu solusi lainnya yang sedang dikembangkan Disdikbudpora Kabupaten Semarang yakni pembelajaran jarak jauh menggunakan handy talky (HT). Pembelajaran model tersebut saat ini baru diaplikasikan di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

"Solusi lainnya yang sedang kami kembangkan, di Banyubiru sudah dicoba pembelajaran menggunakan HT," ungkapnya.




(afr/afr)