Negara-negara Uni Eropa menandatangani kontrak dengan perusahaan farmasi AstraZeneca untuk memproduksi 400 juta dosis vaksin COVID-19. Vaksin ini adalah hasil riset Universitas Oxford.
Menurut CGTN seperti dilihat Selasa (16/6/2020) AstraZeneca mengklaim tidak mengambil keuntungan komersial selama pandemi Corona. Sejauh ini vaksin tersebut sedang dalam uji klinik tahap akhir yang ditargetkan selesai musim gugur.
Jika sukses, vaksin ini akan tersedia akhir 2020. Deal ini dilakukan AstraZeneca dengan Inclusive Vaccines Alliance (IVA) yang beranggotakan Prancis, Jerman, Italia dan Belanda.
"Aliansi ini bekerja bersama Komisi Eropa dan negara-negara Eropa untuk memastikan semua orang di Eropa bisa diberikan vaksin," kata CEO AstraZeneca kepada wartawan.
Sumber Kemenkes Italia kepada Reuters memastikan, vaksin ini bukan cuma untuk 4 negara anggota IVA, namun untuk seluruh negara anggota Uni Eropa. China, Brasil, Jepang dan Rusia juga berminat.
Meskipun CGTN menulis AstraZeneca tidak mengambil keuntungan komersial, Reuters memberitakan biaya ditanggung 4 negara anggota IVA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kucuran dana Bill Gates
Kerja sama ini adalah gebrakan terbaru dari AstraZeneca yang semakin moncer. Sejak mendapatkan kucuran dana dari Bill Gates, AstraZeneca menargetkan produksi 2 miliar dosis vaksin.
Urutan kronologisnya, AstraZeneca menjadi pabrik resmi untuk memproduksi vaksin ChAdOx1 buatan Universitas Oxford, sekarang namanya vaksin AZD1222. Lalu AstraZeneca dikucuri duit oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan Gavi Vaccine Alliance pada 7 Juni 2020.
CEPI dan Gavi didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation dan didukung WHO. CEPI dan Gavi mendukung dana sebesar USD 750 juta (Rp 10,5 triliun) untuk memproduksi, pengadaan dan distribusi 300 juta dari 2 miliar dosis yang ada.
AstraZeneca juga sudah berkongsi dengan Emergent BioSolution untuk rekanan pabrik di Amerika. AstraZeneca pun membuat partnership lisensi dengan Serum Institute of India (SII). Mereka akan membuat 1 miliar vaksin virus Corona untuk negara miskin dan menengah.
(fay/fyk)