Vaksin Pertama COVID-19 Mungkin Tak Bisa Cegah Infeksi
Hide Ads

Vaksin Pertama COVID-19 Mungkin Tak Bisa Cegah Infeksi

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 16 Jun 2020 10:42 WIB
1248769314
Vaksin Pertama COVID-19 Kemungkinan Tak Bisa Cegah Infeksi (Foto: Ilustrasi vaksin/Pedro Vilela/Getty Images)
Jakarta -

Ilmuwan seluruh dunia saat ini bekerja keras dan berlomba menemukan vaksin COVID-19. Namun ketika nanti ada vaksin pertama yang digunakan untuk COVID-19, kemungkinan tidak akan mencegah infeksi dari penyakit ini.

Adalah Robin Shattock, seorang profesor dari Imperial College London yang memimpin pengembangan percobaan suntikan vaksin, yang mengatakan hal ini.

"Apakah untuk perlindungan terhadap infeksi? Apakah perlindungan terhadap penyakit? Atau perlindungan terhadap penyakit parah? Sangat mungkin vaksin itu hanya akan melindungi dari penyakit parah, tapi (vaksin) ini akan berguna," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berbagai negara usai melakukan lockdown, para pemimpinnya mencari cara pencegahan penyakit untuk bisa kembali ke kehidupan seperti sebelum pandemi.

Didukung miliaran dolar investasi pemerintah, vaksin dari sejumlah perusahaan mulai dari yang kecil seperti China CanSino Biologics Inc. hingga yang besar seperti Pfizer Inc. dan AstraZeneca Plc, saat ini sedang dalam pengembangan.

ADVERTISEMENT

Di antara pengembangan tersebut semuanya bergerak cepat, bahkan telah sampai uji coba pada manusia. Pengujian pada manusia dilakukan setelah terlihat dampak positif untuk penyakit parah pada hewan, meski kurang efektif dalam hal mencegah infeksi.

"Vaksin perlu melindungi dari penyakit, tapi belum tentu mencegah infeksi," kata Dennis Burton, peneliti imunologi dan vaksin di Scripps Research di La Jolla, California, Amerika Serikat.

Memang, vaksin punya potensi menyelamatkan nyawa. Namun para ilmuwan mengkhawatirkan keberadaan vaksin nantinya akan membuat negara-negara yang sudah lelah dengan kondisi pandemi berpuas diri dan membuat kewaspadaan mereka mengendur.

"Dugaan saya, sehari setelah seseorang diimunisasi, mereka akan berpikir, saya bisa kembali normal, semuanya akan baik-baik saja. Mereka jadi tidak menyadari bahwa mereka mungkin masih rentan terhadap infeksi," kata Michael Kinch, ahli pengembangan obat dari Washington University.

COVID-19 sendiri sudah diduga disebarkan oleh orang-orang tanpa gejala, dan vaksin pencegah-gejala dapat menciptakan jumlah yang lebih besar lagi.

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, vaksin adalah salah satu senjata paling efektif melawan penyakit menular, dan mencegah hingga 3 juta kematian per tahun.

Namun, hanya sedikit dari vaksin yang efektif 100% pada semua orang yang mendapatkannya. Misalnya, sekitar 3% orang yang mendapat vaksin campak, menderita penyakit ringan dan dapat menularkannya ke orang lain.

Sejauh ini, lebih dari 130 percobaan sedang dilakukan dalam upaya pencegahan virus Corona. Vaksin bekerja dengan menghadirkan sistem kekebalan tubuh dalam bentuk kuman atau bagian penting dari virus dengan mempersiapkan tubuh agar merespons ketika terpapar virus tersebut.

podcast



(rns/fay)
Berita Terkait