Lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics melakukan riset dengan menghitung dampak kehadiran ekonomi digital bagi masyarakat dengan Grab sebagai studi kasus. Riset tersebut menyebutkan adanya peningkatan kesejahteraan dari sisi konsumen berupa surplus, baik oleh konsumen GrabBike dan GrabCar di wilayah Jabodetabek.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal Damuri menjelaskan formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal. Melalui riset ini, kita bisa melihat bagaimana Grab memberikan peluang yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan ekonomi ini harus bisa dinikmati oleh setiap orang dari berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari bisnis-bisnis skala kecil hingga masyarakat umum. Satu-satunya cara kita semua dapat meraih kesuksesan adalah dengan memastikan setiap pihak benar-benar menjalankan fungsinya," ujar Yose dalam keterangan tertulis, Selasa (5/11/2019).
Adapun riset tersebut mengemukakan bahwa teknologi Grab berkontribusi sekitar Rp 46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk Jabodetabek pada 2018. Rinciannya, surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike sebesar Rp 5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp 40,41 triliun.
Bagaimana ini mempengaruhi konsumen? Layanan Grab memungkinkan pelanggan menghemat uang yang awalnya telah mereka persiapkan untuk melakukan perjalanan dari titik A ke titik B. Sebagai contoh, jika seseorang bersedia membayar Rp 100 ribu untuk sebuah perjalanan dari rumahnya ke Bandar Udara Internasional Juanda, sementara harga yang diberikan GrabCar untuk perjalanan tersebut adalah Rp 75 ribu, maka orang tersebut memperoleh surplus konsumen sebesar Rp 25 ribu.
Yose menambahkan surplus konsumen merupakan manfaat yang diperoleh konsumen dari membeli barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari harga maksimal yang sebenarnya rela mereka bayar. Uang yang dapat disimpan dari sebelumnya dialokasikan untuk melakukan perjalanan, sekarang dapat digunakan untuk membeli barang-barang lainnya. Artinya, pelanggan dapat memanfaatkan surplus yang dinikmati untuk membeli barang atau jasa yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Salah satu kesimpulan riset ini adalah potensi teknologi digital menjadi landasan pembangunan ekonomi yang inklusif bagi usaha kecil dan mereka yang selama belum cukup terlayani oleh sistem yang ada.
(akn/fay)