Namanya Yoon Chang hyun, mantan periset di Samsung di Korea Selatan. Pria berusia 32 tahun ini keluar pada tahun 2015 untuk membuat channel YouTube, meninggalkan gaji pokok senilai sekitar Rp 68 juta per bulan di Samsung kala itu.
Penghasilan itu sudah lumayan besar di Korsel. Belum lagi ada banyak benefit di Samsung termasuk asuransi dan sebagainya. Maka tak heran jika banyak yang mempertanyakan keputusan Yoon, termasuk orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi dia menetapkan tekad karena tak ingin terus kerja keras sebagai karyawan dengan beban lembur sampai malam. "Aku banyak ditanyai apa sudah gila. Tapi aku akan tetap keluar kalaupun balik lagi ke masa itu," kata Yoon, menilai pekerjaan kantoran bikin kesepian dan beban terlalu besar.
Yoon kini hidup dari pendapatannya sebagai YouTuber. Ia menjadi salah satu milenial yang tidak lagi memegang cita-cita lama orang Korsel, bekerja di perusahaan besar dan menjalani hidup yang stabil, menjalankan keluarga dan membeli apartemen.
Konglomerasi besar Korsel semacam Samsung, Hyundai atau LG memang masih jadi idaman, tapi tak seperti dulu di tengah perlambatan ekonomi dan ketatnya persaingan. Terlalu banyak pula lulusan universitas dengan skill tinggi.
Saking banyaknya keinginan tidak bekerja kantoran, dibuka kursus dengan berbagai kelas, misalnya kiat mulus keluar dari pekerjaan dan menjadi YouTuber. Namanya School of Quitting Jobs yang berlokasi di Seoul dan dibuka tahun 2016. Pendirinya juga mantan karyawan Samsung, Jang Su-han.
"Ada banyak permintaan soal kursus tentang identitas karena banyak dari kami terlalu sibuk dengan urusan sekolah untuk dapat berpikir tentang apa yang ingin kami lakukan saat remaja," sebut Jang yang dikutip detikINET dari Reuters.