Inovasi itu sendiri lahir dari hasil pemikiran salah satu pendirinya yang bernama Bill Liu. Ide tersebut muncul di kepalanya ketika ia masih menekuni studi di Stanford University pada jurusan teknik elektro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Liu melihat peluang untuk mengubah salah satu hal fundamental dari interaksi antara manusia dengan tampilan muka mesin. Solusinya adalah menawarkan solusi terhadap konflik antara pengalaman dalam melihat konten visual dengan kemudahan dalam membawanya ke mana-mana.
Baca juga: FlexPai Pakai Snapdragon 8150, Apa Itu? |
"Orang-orang sangat ingin untuk melihat layar besar yang bagus dan memiliki reolusi tinggi, sehingga membuat televisi dan teater terus tumbuh besar," ucapnya, sebagaimana detikINET kutip dari South China Morning Post, Kamis (1/11/2018).
"Tapi masalahnya ada pada kemampuannya untuk di bawa ke mana-mana. Jika kami bisa membuat sesuatu yang menggabungkan keduanya dalam satu perangat, itu akan sangat luar biasa," ujarnya menambahkan.
Mereka pun sukses memperlihatkan layar ponsel fleksibel tertipis di dunia pada 2014 lalu. Keberhasilannya itu hanya selang dua tahun setelah Royole lahir pada 2012.
Kini, setelah berumur enam tahun, startup tersebut sudah bernilai USD 5 miliar dalam pendanaan seri-E terkininya. Untuk sumber daya manusianya, Royole memiliki 2.000 karyawan.
Per Agustus 2018, Liu yang menjabat sebagai CEO memiliki sekitar 42% dari saham Royole, lebih besar dari dua co-founder lain. Hal tersebut membuatnya memiliki kekayaan sekitar USD 2,1 miliar, atau lebih dari Rp 31 triliun.
Soal sosok inspirasi, ia menyebut pendiri Huawei Technologies, Ren Zhengfei, sebagai salah satunya. Selain itu, sosok-sosok besar dari Silicon Valley juga dikaguminya, salah satunya adalah Steve Jobs.
"Steve Jobs adalah pengusaha yang luar biasa. Tapi saya tidak ingin untuk menjadi salah satu dari mereka. Semua orang berbeda. Yang penting adalah mencontoh semangat dari orang-orang hebat," katanya.
(mon/krs)